Oase: Cukuplah Kematian Sebagai Pemberi Nasehat

darulmaarif.net – Indramayu, 15 Januari 2024 | 08.00 WIB

كَفَى بِالْمَوْتِ وَاعِظًا
“Cukuplah kematian sebagai pemberi nasehat.”

Kematian, sebagai realitas yang tak terhindarkan dan merupakan bagian dari integral kehidupan itu sendiri, seringkali menjadi perenungan mendalam dalam ajaran Islam. Kata-kata “Cukuplah Kematian Sebagai Pemberi Nasihat” tidak hanya merupakan sebuah kalimat, tetapi juga merupakan nasihat bijak-sebagaimana pesan Ulama Salaf-yang mengingatkan umat Muslim tentang kehancuran dan kefanaan dunia ini.

Dalam perspektif Islam, pandangan terhadap kematian adalah panggilan kesadaran jiwa untuk kembali merenungi hakikat kehidupan dunia demi meraih kehidupan yang lebih baik, dan mempersiapkan diri untuk pertemuan abadi dengan Alloh Sang Maha Pencipta.

Kematian dalam Perspektif “Iman” mengajarkan umat Islam untuk terus meningkatkan keimanan kepada takdir Alloh, yang mencakup kehidupan dan kematian. Firman Alloh dalam Al-Qur’an:

كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ ٱلْمَوْتِ ۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ ۖ فَمَن زُحْزِحَ عَنِ ٱلنَّارِ وَأُدْخِلَ ٱلْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَآ إِلَّا مَتَٰعُ ٱلْغُرُورِ

Artinya: “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (Q.S. Ali ‘Imran Ayat 185)

Nasihat “Cukuplah Kematian Sebagai Pemberi Nasihat” mengajarkan kita untuk memahami bahwa kematian bukanlah akhir segalanya, melainkan awal dari perjalanan agung kehidupan yang abadi di akhirat kelak. Keimanan kepada Alloh ‘Azza Wa Jalla dan persiapan untuk menghadap-Nya adalah inti dari pemahaman ini.

Kehidupan dunia seringkali menggoda manusia dengan kenikmatan dan kesenangan yang bersifat artifisial nan temporal. Namun, Islam mengajarkan bahwa dunia ini fana, sementara akhirat adalah kehidupan yang kekal. Alloh Swt berfirman:

وَلَلْأخِرَةُ خَيْرٌ لَّكَ مِنَ ٱلْأُولَىٰ

Artinya: “Dan sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang (permulaan).” (Q.S. Adh-Dhuha Ayat 4)

Kematian mengingatkan kita untuk tidak terlalu terpaku pada dunia yang sementara, tetapi untuk fokus pada amal perbuatan yang dapat membawa kebaikan di akhirat. Kematian adalah pengingat akan kefanaan dunia dan betapa pentingnya persiapan untuk kehidupan setelah mati.

Pandangan para Ulama terhadap kematian bukanlah sebagai akhir segalanya, tetapi sebagai perjalanan menuju pertemuan dengan Alloh. Imam Syafi’i berkata:

أنا لست أخشى الموت بل أخشى الذّى بعد الممات، وعسرة السؤلان

“Sebetulnya, aku tidak pernah takut kepada kematian tapi takut kehidupan setelah kematian dan sulitnya pertanyaan.”

ماذا أقول إذا فقدت إرادتي
وتكلمت بعدي يدي ولساني

“Apakah yang akan aku ucapkan bila aku sudah tidak punya kehendak lagi. Dan bila setelah itu yang berbicara tanganku dan lisanku.”

Kematian mengajarkan kita untuk merenungkan perjalanan akhir hidup dan bagaimana kita mengisi waktu yang Alloh Swt anugerahkan kepada kita dengan sebaik mungkin. Masing-masing langkah, setiap pilihan, dan setiap amal perbuatan kita adalah bagian dari perjalanan menuju akhirat kelak.

Imam Abu Hamid Al-Ghozali, dalam kitab Ayyuhal Walad berkata:

عش ما شئت فإنك ميّت, وأحبب ما شئت فإنّك مفارقه, واعمل ما شئت فإنّك مجزي به.

“Hiduplah kamu sesuka hatimu karena engkau pasti akan mati dan cintailah apa saja yang kamu kehendaki karena engkau pasti akan berpisah dengannya dan buatlah apa saja yang kamu kehendaki karena engkau akan dibalas menurut amal perbuatanmu. “

Islam juga menekankan pentingnya persiapan untuk pertemuan dengan Alloh setelah mati. Alloh Swt berfirman:

وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّن دَعَآ إِلَى ٱللَّهِ وَعَمِلَ صَٰلِحًا وَقَالَ إِنَّنِى مِنَ ٱلْمُسْلِمِينَ

Artinya: “Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Alloh, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang Muslim (berserah diri)?” (Q.S. Fushshilat Ayat 33)

Kematian mengajarkan bahwa kematian bukanlah akhir, tetapi awal dari pertemuan dengan Sang Khalik. Persiapan dalam bentuk iman yang kuat, amal perbuatan sholeh, dan kebaikan kepada sesama adalah kunci untuk menyongsong pertemuan tersebut dengan penuh ketenangan dan keyakinan.

Kematian merupakan bagian dari sunnatulloh di alam semesta ini, hukum alam yang telah ditentukan oleh Alloh Swt. Baginda Rosululloh Saw bersabda:

بادروا بالأعمالِ فتَنًا كقطعِ اللَّيلِ المظلمِ ، يصبحُ الرَّجلُ مؤمنًا ويمسي كافرًا ، ويمسي مؤمنًا ويصبحُ كافرًا يبيعُ أحدُهم دينَهُ بعرضٍ منَ الدُّنيا

Artinya: “Bersegeralah kalian beramal, sebelum munculnya fitnah-fitnah bagaikan bagian malam yang kelam. Di waktu pagi seseorang masih mukmin, di waktu sore dia sudah kafir, di waktu sore ia masih mukmin, di waktu pagi ia sudah kafir. Ia jual agamanya hanya untuk mendapatkan sedikit dari keuntungan dunia.” (HR. Imam Muslim)

Kematian mengajarkan kita untuk menyadari bahwa setiap amal perbuatan kita akan dicatat dan menjadi bekal di akhirat. Keberlakuan sunnatulloh ini memberikan makna dalam setiap langkah hidup dan mengingatkan kita untuk terus berbuat baik selagi masih ada waktu dan usia hidup di dunia.

Kematian, paling tidak menjadi rem akan setiap hal yang kita kerjakan di dunia ini bahwa apapun yang kita lakukan pasti akan mendapat balasan di akhirat kelak, maka berhati-hatilah terhadap segala sesuatu yang kita tanam di dunia ini. Kematian bukanlah ajakan untuk meratapi atau takut akan kematian, melainkan panggilan untuk menghidupkan arti kematian dalam setiap aspek kehidupan yang sedang kita jalani.

Dalam perspektif Islam, kematian adalah bagian dari rencana Ilahi yang tak terhindarkan. Oleh karena itu, kita sebagai umat Muslim diingatkan untuk mempersiapkan diri dengan keimanan setiap detak denyut nadi kita, memperbanyak amal perbuatan baik, dan hidup dalam kesadaran akan fana nya dunia.

Semoga nasihat bijak ini menginspirasi kita untuk hidup dengan makna dan tujuan yang lebih tinggi, serta menyongsong kematian dengan hati yang selesai: yaitu hati yang tenang, rela dan mati dalam keadaan khusnul khotimah.

Semoga bermanfaat. Wallohu a’lam.