Menggagas Inklusivitas: Pesantren sebagai Rumah Bagi Semua

darulmaarif.net – Indramayu, 12 Januari 2024 | 08.00 WIB

Pesantren, sebagai satu-satunya lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia, semakin berkembang sebagai pusat inklusivitas, menyambut semua kalangan tanpa memandang latar belakang sosial, etnis, atau klas ekonomi.

Inklusivitas dalam dunia pendidikan merupakan pendekatan pendidikan yang bertujuan untuk memastikan bahwa semua individu, termasuk mereka yang memiliki kebutuhan khusus, mendapatkan akses yang sama dan kesempatan yang setara untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas.

Peran pesantren sebagai rumah bagi semua dan mendukung inklusivitas dalam pendidikan Islam memiliki peran krusial dalam mendorong inklusivitas dan menjadi rumah bagi semua individu tanpa memandang latar belakang sosial seseorang. Dalam konteks pendidikan Islam, inklusivitas di pesantren menciptakan lingkungan di mana setiap individu diterima dengan tangan terbuka untuk belajar dan berkembang sesuai potensinya.

Sebagai lembaga pendidikan Islam, pesantren terus berupaya untuk tetap mempertahankan nilai-nilai inklusivitas dalam rangka menjadi rumah bagi semua golongan. Sebagaimana Indonesia terbentuk oleh berbagai ragam suku bangsa, ras, budaya, bahkan agama, pesantren sampai saat ini masih dianggap rumah yang teduh bagi siapapun yang hendak berkunjung tanpa merasa takut dirinya dibedakan dengan yang lain.

Hal inilah yang kemudian mendorong pesantren memiliki beberapa gagasan demi terus menjaga inklusivitas, menjadi rumah bagi semua kalangan sebagaimana Indonesia dilahirkan oleh rahim Kebhinekaan.

Gagasan-gagasan inklusivitas pesantren diantaranya sebagai berikut:

1. Pesantren: Merangkul Keanekaragaman

Pesantren tidak hanya menjadi tempat pembelajaran agama Islam tetapi juga merangkul keanekaragaman. Dalam suasana inklusif ini, santri dari berbagai latar belakang sosial dan etnis dapat saling belajar dan tumbuh bersama-sama.

“Inklusivitas bukanlah sekadar penerimaan, tetapi pemberdayaan untuk bersama-sama tumbuh dan berkembang.” – Hadlrotussyekh Kyai Hasyim Asy’ari

2. Pendidikan Karakter Tanpa Diskriminasi

Pesantren memberikan pendidikan karakter tanpa memandang perbedaan. Santri diajarkan untuk menghormati satu sama lain, menerima perbedaan, dan membentuk kepribadian Islami yang inklusif.

“Pendidikan sejati adalah saat kita memahami dan menghargai perbedaan.” – KH. Ahmad Dahlan

3. Membangun Kesejahteraan Bersama

Inklusivitas di pesantren menciptakan lingkungan di mana setiap santri dapat merasakan kesejahteraan bersama. Penerimaan dan saling peduli menjadi landasan bagi pembentukan masyarakat pesantren yang harmonis.

“Keberagaman bukanlah hambatan, melainkan jalan menuju kesejahteraan bersama.” – KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur)

4. Keterbukaan terhadap Ilmu dan Pemikiran

Pesantren inklusif membuka pintu lebar-lebar terhadap ilmu dan pemikiran. Santri diundang untuk memiliki keterbukaan terhadap berbagai ide dan pandangan, mendorong pemahaman yang lebih mendalam terhadap berbagai persoalan ibadah dalam laju perubahan zaman, baik yang bersifat ritual formal maupun ibadah sosial.

“Pesantren harus menjadi tempat di mana setiap pikiran dihargai dan diberikan kesempatan untuk tumbuh.” – KH. Hasyim Muzadi

5. Toleransi sebagai Landasan Pendidikan

Toleransi adalah nilai sentral dalam pesantren inklusif. Santri diajarkan untuk menerima perbedaan keyakinan dan pandangan serta hidup berdampingan dengan rukun dan damai.

“Tanpa toleransi, pendidikan kehilangan ruhnya, dan pesantren harus menjadi pelopor toleransi.” – KH. Ma’ruf Amin

6. Pemberdayaan Melalui Pendidikan

Inklusivitas di pesantren bukan hanya tentang keberagaman tetapi juga tentang pemberdayaan melalui pendidikan. Pesantren memberikan kesempatan kepada setiap santri untuk berkembang sesuai dengan potensi dan bakatnya.

“Pendidikan yang inklusif adalah kunci pemberdayaan individu dan masyarakat.” – KH. Ali Musthafa Ya’qub

7. Mengatasi Stereotip dan Prasangka

Pesantren inklusif berperan aktif dalam mengatasi stereotip dan prasangka. Melalui pendidikan, santri diajarkan untuk melihat setiap individu sebagai saudara seiman dan sesama manusia. Hal tersebut sebagaimana Islam mengajarkan tidak hanya hablum minaLloh, tetapi juga hablum minan Naas.

“Stereotip adalah tembok pembatas, dan pesantren harus membantu meruntuhkannya.” – KH. Zainuddin MZ

8. Menyemai Kasih dan Kemanusiaan

Inklusivitas di pesantren adalah tindakan nyata penyemaian cinta kasih dan kemanusiaan. Pendidikan tidak hanya mencakup ilmu agama tetapi juga mengajarkan cinta kepada sesama makhluk Alloh Swt.

“Setiap tindakan kasih membawa sinar kehidupan di pesantren yang inklusif.” – KH. Ahmad Yani

9. Merajut Kebersamaan dalam Ketaatan

Pesantren inklusif merajut kebersamaan dalam ketaatan kepada Alloh Swt. Santri dari berbagai latar belakang sosial yang berbeda bekerja bersama-sama untuk meningkatkan kualitas diri dan mencapai kesempurnaan iman.

“Kebersamaan dalam ketaatan adalah pondasi kuat pesantren inklusif.” – KH. Hasyim Sholikhin

10. Pesantren Inklusif: Rumah Ilmu dan Iman

Akhirnya, pesantren inklusif diibaratkan sebagai rumah ilmu dan iman. Semua santri, tanpa terkecuali, diterima dengan tangan terbuka untuk membangun pondasi spiritual dan pengetahuan yang kokoh.

“Pesantren yang inklusif adalah rumah yang menyambut semua pencari ilmu dan cinta Alloh.” – KH. Said Aqil Siradj

Dengan menjadi penggagas sekaligus pelaku inklusivitas, pesantren tidak hanya menjadi tempat pendidikan agama tetapi juga menjadi rumah bagi semua, tempat di mana setiap individu dihargai dan diberdayakan. Inklusivitas di pesantren mencerminkan ajaran Islam yang mengajarkan rahmatan lil’alamiin, cinta kasih, toleransi, dan keadilan bagi seluruh umat manusia.

Semoga bermanfaat. Wallohu a’lam.