Membatalkan Puasa dengan Sengaja, Ini Ketentuan Hukumnya

darulmaarif.net – Indramayu, 15 April 2023 | 08.00 WIB

Bulan Ramadan merupakan bulan dimana menjadi momentum bagi seluruh umat muslim untuk menyucikan diri, salah satunya dengan cara berpuasa. Sebab, tujuan melaksanakan puasa yaitu untuk meningkatkan ketakwaan sebagaimana dalam Al-Qur’an dijelaskan, Alloh Swt berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. (QS Al-Baqoroh ayat 183)

Meski puasa hukumnya fardlu ‘ain bagi setiap muslim yang berstatus mukallaf (berakal dan baligh), kadang ada saja yang dengan sengaja membatalkan puasa dengan alasan tertentu. Menanggapi persoalan demikian, semua Ulama sepakat, bahkan kita harusnya juga menyadari bahwa membatalkan puasa dengan sengaja adalah haram dan berdosa.

Berdosa orang yang sengaja membatalkan puasa Ramadlan (tanpa udzur) dan dia wajib qodlo’ puasa yang ditinggalkan, tetapi tidak usah membayar fidyah. Berbeda jika membatalkan puasa dengan jima’ (bersetubuh deng istri), maka wajib qodlo’ dan bayar kafarot. Lihat Syarah Muhaddzab juz 1 hal 331:

ومن أفطر في رمضان بغير جماع من غير عذر وجب عليه القضاء لقوله صلى الله عليه وسلم: “من استقاء فعليه القضاء” ولأن الله تعالى أوجب القضاء على المريض والمسافر مع وجود العذر فلأن يجب مع عدم العذر أولى ويجب عليه إمساك بقية النهار لأنه أفطر بغير عذر فلزمه إمساك بقية النهار ولا تجب عليه الكفارة لأن الأصل عدم الكفارة إلا فيما ورد به الشرع وقد ورد الشرع بإيجاب الكفارة في الجماعوما سواه ليس في معناه لأن الجماع أغلظ ولهذا يجب به الحد في ملك الغير ولا يجب فيما سواه فبقي على الأصل وإن بلغ ذلك السلطان عذره لأنه محرم ليس فيه حد ولا كفارة فثبت فيه التعزيز كالمباشرة فيما دون الفرج من الأجنب.

Artinya: “Barangsiapa membatalkan puasa di bulan Ramadhan tanpa udzur dengan selain jima’ (senggama), maka wajib baginya qodlo puasa, karena hadits Rosululloh Saw: ” barangsiapa yang muntah disengaja maka wajib baginya qodlo”, karena sesungguhnya Alloh ta’ala mewajibkan qodlo bagi orang yang sakit, musafir, serta membatalkan puasa karena adanya udzur, dan sungguh wajib qodlo bagi orang yang membatalkan puasa tanpa adanya udzur lebih utama. Wajib baginya juga menahan diri selama sisa waktu siang hari karena sesungguhnya membatalkan puasa tanpa adanya udzur wajibnya menahan selama sisa siang hari dan tidak wajib baginya bayar kafarot karena sesungguhnya tiada kafarot. Prinsipnya adalah tidak ada kafarot kecuali yang telah ditentukan dalam syariat, dan syariat menyatakan bahwa kafarot itu wajib untuk persetubuhan dan hal-hal lain yang tidak ada artinya, karena persetubuhan itu lebih berat, dan untuk itu karena wajib membatasi harta orang lain. Dan tidak wajib atas yang lain, maka asasnya tetap, sekalipun sampai pada kewenangan untuk menghukumnya, karena itu haram, dan tidak ada hukuman atau silih untuk itu, maka diteguhkan hukuman di dalamnya, seperti bermesraan dengan selain farji dari wanita yang bukan mahram (ajnaby).” (Syarah Muhaddzab juz 1 hal 331)

Dalam kitab Roudloh Juz 2 halaman 370) disebutkan:

فَرْعٌ . فِي أَحْكَامِ الْفِطْرِ . كُلُّ مَنْ تَرَكَ النِّيَّةَ الْوَاجِبَةَ عَمْدًا أَوْ سَهْوًا ، فَعَلَيْهِ الْقَضَاءُ . وَكَذَا كُلُّ مَنْ أَفْطَرَ

Artinya: “(CABANG) dalam hukum-hukum membatalkan puasa.

Setiap orang yang meninggalkan niat puasa wajib secara sengaja atau karena lupa, maka wajib baginya qodlo puasa. Begitu juga bagi setiap orang yang membatalkan puasapuasa disengaja.”

المبسوط ج 3 74

قال : وكذلك إن أكل أو شرب متعمدا فعليه القضاء والكفارة عندنا وعند الشافعي رحمه الله تعالى لا كفارة عليه

kitab Al-Mabsuth hal 743

Artinya: “Makan dan minum dengan sengaja maka ia wajib qodlo dan bayar kafarot menurut kami (Hanafiyyah), Dan menurut Imam Syafi’i hanya wajib qodlo saja (tanpa kafarot).”

Dalam kitab Taqrirotus Sadidah dijelaskan:

التقريرات السديدة

ما يلزم فيه القضاء دون الفدية كالمغمى عليه وناسي النية والمتعدي بفطره بغير جماع.

فلا كفارة على من افسده بغير جماع كأكل او استمناء ومثل ذلك ما لو أفسده بجماع مع غيره فلا كفارة عليه سواء تقدم ذلك الغير على الجماع أو قارنه.

Artinya: “Tidak wajib membayar kafarat bagi orang yang merusak puasa dengan selain jima’ seperti makan, istimna’. Demikian juga orang yang merusak puasa dengan jima beserta lainnya. Maka tidak wajib kifarot. Baik yang selain jima itu mendahului jima’ atau bersamaan.”

Itulah beberapa hal yang perlu dipahami ketika membatalkan puasa dengan sengaja. Keismpulannya, membatalkan puasa dengan sengaja, selain dari jima’ (senggama) wajib qodlo tanpa kafarot dan wajib menahan diri dari makan-minum dan lain-lainnya selama sisa siang hari sampai waktu maghrib tiba (meskipun statusnya sudah batal). Bagi yang membatalkan puasa dengan jima’, maka baginya wajib qodlo disertai kafarot.

Semoga bermanfaat. Wallohu a’lam.

Pontren Darul Ma’arif saat ini sudah sampai pada GELOMBANG KE 3. Segera daftarkan putra putri kesayangan anda di: http://daftar.darulmaarif.net