10 Permasalahan Pergaulan Sosial Anak-anak yang Tidak Mondok yang Sering Dialami Orangtua

darulmaarif.net – Indramayu, 09 Maret 2024 | 10.00 WIB

Mendidik anak merupakan suatu tantangan yang tidak mudah bagi setiap orang tua. Di mana orang tua harus mendampingi perkembangan anak dari masa ke masa. Mulai dari bayi, masa kanak-kanak, masa remaja, hingga dewasa. Tentu hal ini tidak lepas dari berbagai masalah yang dihadapi anak selama masa hidupnya. Dalam hal ini, mungkin Ayah Bunda akan menghadapi anak dengan masalah yang lebih kompleks ketika anak sudah memasuki usia remaja. Kehidupan sosial anak yang semakin luas, semakin mudah baginya mendapatkan teman dan pergaulan baru. Bisa jadi gaya pergaulan yang salah memberikan pengaruh negatif pada cara anak bersikap dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi anak-anak yang tidak mondok atau tidak mengenyam pendidikan di pondok pesantren dapat menghadapi sejumlah permasalahan dalam pergaulan sosial mereka. Berikut adalah 10 permasalahan yang sering dihadapi oleh anak-anak dalam pergaulan sosial di luar pondok pesantren:

Pengaruh Negatif Media Sosial: Anak-anak yang tidak mondok rentan terpapar pada pengaruh negatif dari media sosial seperti konten tidak sesuai, cyberbullying, dan tekanan untuk meniru gaya hidup yang tidak sehat.

Pergaulan Bebas: Tanpa pengawasan yang ketat dari lingkungan pesantren, anak-anak dapat terjerumus dalam pergaulan bebas di lingkungan sekuler, yang mungkin mencakup konsumsi alkohol, obat-obatan terlarang, atau perilaku menyimpang lainnya.

Keterbatasan Pengetahuan Agama: Tanpa lingkungan yang terfokus pada pendidikan agama, anak-anak mungkin memiliki keterbatasan pengetahuan agama Islam, yang dapat membuat mereka rentan terhadap pengaruh yang bertentangan dengan nilai-nilai agama.

Tekanan dari Teman Sebaya: Anak-anak di luar pesantren sering kali menghadapi tekanan dari teman sebaya untuk terlibat dalam aktivitas yang tidak sehat atau melanggar nilai-nilai moral.

Ketergantungan pada Teknologi: Anak-anak yang tidak mondok cenderung menghabiskan lebih banyak waktu di depan layar gadget, yang dapat menyebabkan ketergantungan pada teknologi dan isolasi sosial.

Ketidakstabilan Emosional: Pergaulan di luar pesantren dapat meningkatkan risiko ketidakstabilan emosional karena tekanan dari lingkungan sosial yang berbeda dan kurangnya dukungan dari orang dewasa yang berkualitas.

Krisis Identitas: Tanpa arahan yang kuat dari lingkungan pendidikan yang terstruktur, anak-anak mungkin mengalami krisis identitas saat mencari jati diri dan tujuan hidup mereka.

Pelecehan dan Kekerasan: Anak-anak di luar pesantren rentan menjadi korban pelecehan atau kekerasan fisik dan verbal dari orang lain, terutama jika mereka tinggal di lingkungan yang kurang aman.

Kurangnya Pengembangan Keterampilan Sosial: Tanpa interaksi yang terstruktur dengan sesama santri dan pembimbing, anak-anak mungkin mengalami kurangnya pengembangan keterampilan sosial yang diperlukan untuk berinteraksi secara sehat dengan orang lain.

Perbedaan Nilai dan Norma Sosial: Anak-anak di luar pesantren mungkin menghadapi perbedaan nilai dan norma sosial antara lingkungan rumah, sekolah, dan teman sebaya, yang dapat menyebabkan konflik internal dan kebingungan moral.

Bagi orangtua yang sibuk bekerja dan masyarakat pada umumnya, untuk memberikan perhatian dan dukungan ekstra kepada anak-anak agar tidak sampai terjebak pada arus negatif pergaulan sosial, alangkah baiknya orangtua menitipkan anak-anak ke pondok pesantren. Hal ini semata-mata demi menjaga anak-anak dari pergaulan sosial yang buruk yang dapat merusak masa depan anak-anak. Selain itu, pondok pesantren juga berupaya untuk terus membibing anak-anak agar jauh dari permasalahan sosial karena dibentengi oleh pendidikan karakter berupa akhlakul karimah.

Semoga Bermanfaat. Wallohu a’lam.