Birrul Walidain Sebagai Bentuk Universalitas Kasih Sayang Orang Tua

darulmaarif.net – Indramayu, 30 Agustus 2025 | 14.00 WIB

Dalam kehidupan modern yang serba cepat ini, banyak nilai luhur yang perlahan mulai tergerus, salah satunya adalah penghormatan anak kepada orang tua. Padahal, jika ditelusuri dari berbagai tradisi agama, budaya, maupun filsafat, kasih sayang orang tua selalu ditempatkan pada posisi yang paling tinggi. Dalam Islam, hal itu dikenal dengan istilah Birrul Walidain, sebuah konsep yang bukan hanya berbicara tentang kewajiban moral, tetapi juga menyangkut hubungan spiritual antara manusia dengan Tuhannya. Menariknya, ketika ditinjau melalui lensa filsafat perennial—sebuah pandangan yang menekankan adanya kebenaran abadi di balik semua tradisi—Birrul Walidain menemukan makna yang lebih universal: bakti anak kepada orang tua bukan sekadar kewajiban personal, melainkan jalan menuju keharmonisan kosmik yang melampaui batas agama, budaya, dan zaman.

Kasih sayang orang tua adalah bahasa universal yang dimengerti oleh semua manusia, tanpa perlu penerjemah atau penjelasan tambahan. Sejak awal peradaban, hubungan anak dan orang tua selalu ditempatkan pada kedudukan yang sakral. Hubungan ini bukan hanya sekadar keterikatan biologis, melainkan juga jalinan spiritual yang memengaruhi keharmonisan sosial dan batin manusia.

Dalam konteks Birrul Walidain, Al-Qur’an menegaskan pentingnya ikatan ini melalui firman Allah dalam QS. Luqman ayat 14:

﴿وَوَصَّيْنَا الْإِنسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ﴾

Artinya: “Kami wasiatkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada-Ku kembalimu.” (QS. Luqman Ayat 14)

Imam al-Zarnuji dalam kitabnya, Ta’limul Muta’allim (hal. 39) menekankan bahwa seorang murid (anak) wajib berbakti kepada orang tuanya sebagaimana ia berbakti kepada gurunya, karena keduanya adalah pintu menuju keberkahan ilmu dan kehidupan.

Kasih sayang orang tua dalam Islam adalah bagian penting dari ajaran Birrul Walidain, yang dipandang sebagai bahasa universal lintas budaya dan agama.

Apa Itu Filsafat Perennial?

Filsafat Perennial (philosophia perennis) adalah pandangan yang meyakini adanya inti kebenaran abadi di balik berbagai agama dan budaya. Meskipun bahasa, simbol, dan ritual keagamaan berbeda-beda, tujuan akhir setiap tradisi sejatinya sama: menyatu dengan Yang Maha Sumber Kehidupan.

Tokoh-tokoh modern seperti Aldous Huxley dalam bukunya The Perennial Philosophy (1945), Frithjof Schuon, dan Seyyed Hossein Nasr menekankan bahwa agama-agama hanyalah pintu, sementara kebenaran universal adalah rumah yang dituju. Dalam pandangan ini, hubungan anak dengan orang tua menjadi bagian dari kebenaran kosmik, karena ia mencerminkan hubungan manusia dengan sumber kehidupan itu sendiri.

Imam Abu Hamid Muhammd al-Ghozali dalam Ihya’ Ulum al-Din (juz II, hal. 215) menegaskan bahwa hakikat berbakti kepada orang tua adalah pengakuan terhadap asal-usul kehidupan, sebab orang tua adalah sebab keberadaan anak di dunia.

Filsafat Perennial menekankan bahwa di balik semua agama ada kebenaran abadi. Dalam Islam, hal ini terhubung dengan Birrul Walidain sebagai jalan kembali kepada sumber kehidupan.

Kasih Sayang Orang Tua dalam Perspektif Perennial

Jika dilihat dari perspektif perennial, hubungan anak dan orang tua bukan hanya keterikatan biologis, melainkan refleksi dari kebenaran kosmik yang lebih besar.

  • Orang tua melambangkan asal-usul, sumber kehidupan, dan perantara kasih sayang Tuhan.
  • Anak adalah perjalanan eksistensi, yang lahir, tumbuh, lalu kembali kepada asal.

Hampir semua agama dan budaya menekankan prinsip Birrul Walidain atau kesetiaan anak kepada orang tua.

  • Dalam Islam, Alloh berfirman dalam QS. Al-Isra’ ayat 23: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.”
  • Dalam tradisi Hindu-Buddha, orang tua dipandang sebagai guru pertama yang mengenalkan nilai kebenaran (dharma).
  • Dalam ajaran Konfusianisme, konsep xiao (孝) atau bakti anak adalah dasar keharmonisan hidup dengan Tao (jalan semesta).

Imam Ibn Hajar al-Haitami dalam al-Zawajir ‘an Iqtiraf al-Kaba’ir (juz II, hal. 76) menegaskan bahwa durhaka kepada orang tua termasuk dosa besar yang dapat menghalangi keberkahan hidup.

Dalam perspektif filsafat perennial, Birrul Walidain adalah refleksi dari hukum kosmik yang menghubungkan anak dan orang tua dengan sumber kehidupan.

Birrul Walidain sebagai Jalan Spiritual

Dalam Islam, Birrul Walidain bukan hanya kewajiban moral, melainkan juga jalan spiritual yang mengantarkan manusia menuju keridaan Alloh. Rosululloh SAW bersabda:

“Ridha Alloh tergantung pada ridha orang tua, dan murka Allah tergantung pada murka orang tua.”
(HR. Tirmidzi, no. 1899)

Hadis ini menegaskan adanya hukum universal yang selaras dengan filsafat perennial: siapa yang merawat dan memuliakan sumber kehidupannya (orang tua), maka hidupnya akan dipenuhi keberkahan.

Imam an-Nawawi dalam Riyadhus Sholihin (hal. 345) mencantumkan hadits ini untuk menekankan bahwa birrul walidain adalah salah satu pintu terbesar menuju surga.

Birrul Walidain adalah ibadah spiritual yang menegaskan bahwa ridha Alloh terletak pada ridha orang tua, selaras dengan kebenaran universal filsafat perennial.

Filsafat Perennial mengajarkan kita untuk melihat nilai universal dalam setiap tradisi agama dan kebudayaan. Dalam konteks hubungan anak dan orang tua, Birrul Walidain adalah pesan abadi: berbakti bukan sekadar kewajiban rumah tangga, tetapi jalan spiritual yang menyambungkan manusia dengan Yang Maha Sumber Kehidupan.

Dengan menghormati orang tua, sejatinya kita sedang menjaga jembatan menuju harmoni kosmik—sebuah kebenaran yang melampaui batas agama, budaya, dan zaman.

Imam Jalaluddin as-Suyuthi dalam al-Jami’ al-Saghir (juz I, hal. 412) meriwayatkan hadits:

“Siapa yang berbakti kepada kedua orang tuanya, maka terbukalah baginya dua pintu surga.”

Birrul Walidain adalah kebenaran universal yang melintasi batas agama dan budaya, menjadi jembatan spiritual antara manusia, orang tua, dan Alloh SWT.

Semoga bermanfaat. Wallohu a’lam.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Share:

More Posts