Cara Membedakan Darah Haidl dan Istihadloh dalam Islam: Panduan Lengkap untuk Muslimah

darulmaarif.net – Indramayu, 21 Agustus 2025 | 20.00 WIB

Penulis: Usth. Jihan Khotun

Di zaman sekarang, masih banyak muslimah yang kebingungan dalam membedakan antara darah haidl dan istihadloh. Kebingungan ini seringkali membuat ibadah terganggu. Ada yang meninggalkan shalat padahal seharusnya tetap sholat karena darah yang keluar bukan darah haidl, melainkan istihadloh. Sebaliknya, ada juga yang tetap sholat padahal sebenarnya masih dalam masa haidl.

Persoalan ini penting karena berkaitan langsung dengan kewajiban ibadah seorang muslimah, khususnya sholat, puasa, dan hubungan suami-istri. Oleh sebab itu, memahami perbedaan haidl dan istihadloh adalah bagian dari ilmu fiqh yang wajib dipelajari oleh setiap muslimah.

Apa Itu Darah Haidl?

Secara syari’at, haidl adalah darah alami yang keluar dari rahim wanita pada waktu tertentu setiap bulannya. Haidl merupakan fitrah perempuan dan tanda kesempurnaan ciptaan Alloh SWT.

Dalam kitab Al-Ibanah dijelaskan, haidl adalah:

دم جبلة يخرج من أقصى رحم المرأة على سبيل الصحة من غير سبب في أوقات معلومة

Artinya: “Darah alami yang keluar dari pangkal rahim perempuan pada keadaan sehat tanpa sebab dan terjadi pada waktu-waktu tertentu.” (Abdurrahman bin Abdullah bin Abdul Qadir As-Saqqaf, Al-Ibanah wal Ifadhah, [Surabaya: Haramain, 2019], halaman: 12)

Ciri-ciri darah haidl:

  • Warna: Merah gelap atau cenderung kehitaman.
  • Tekstur: Kental, berbau khas, dan terasa berat.
  • Durasi: Minimal sehari semalam, maksimal 15 hari.
  • Siklus: Biasanya terjadi setiap bulan.
  • Hukum: Wanita yang sedang haid tidak boleh shalat, tidak boleh puasa, dan tidak boleh berhubungan suami istri.

Rosululloh SAW bersabda kepada Fatimah binti Abi Hubaisy:

يَا رَسُوْلَ الله إِنِّي أُسْتَحَاضُ فَلاَ أَطْهُر أَفَأَدَعُ الصَّلاَةَ؟ قَالَ: لاَ، إِنَّ ذَلَكَ عِرْقٌ، وَلَكِنْ دَعِي الصَّلاَةَ قَدْرَ الأَيَّامِ الَّتِيْ كُنْتَ تَحِيْضِيْنَ فِيْهَا ثُمَّ اغْتَسِلِيْ وَصَلِّيْ.. رواه البخاري

Artinya: “Ya Rosululloh, sungguh aku mengalami istihadhah maka tidak pernah suci, apakah aku meninggalkan shalat? Nabi menjawab: Tidak, itu adalah darah penyakit. Namun tinggalkan shalat sebanyak hari yang biasanya kamu haid sebelum itu, kemudian mandilah dan lakukan sholat.” (HR. Imam Bukhori)

Apa Itu Darah Istihadloh?

Istihadloh adalah darah yang keluar di luar kebiasaan haid dan bukan termasuk darah haid. Para ulama mendefinisikannya sebagai darah penyakit, yaitu darah yang keluar karena gangguan kesehatan pada rahim. Al-Imam al-Nawawi mengatakan:

وَالِاسْتِحَاضَةُ حَدَثٌ دَائِمٌ كَسَلَسٍ فَلَا تَمْنَعُ الصَّوْمَ وَالصَّلَاةَ، فَتَغْسِلُ الْمُسْتَحَاضَةُ فَرْجَهَا وَتَعْصِبُهُ، وَتَتَوَضَّأُ وَقْتَ الصَّلَاةِ، وَتُبَادِرُ بِهَا فَلَوْ أَخَّرَتْ لِمَصْلَحَةِ الصَّلَاةِ كَسَتْرٍ وَانْتِظَارِ جَمَاعَةٍ لَمْ يَضُرَّ، وَإِلَّا فَيَضُرُّ عَلَى الصَّحِيحِ. وَيَجِبُ الْوُضُوءُ لِكُلِّ فَرْضٍ، وَكَذَا تَجْدِيدُ الْعِصَابَةِ فِي الْأَصَحِّ

Artinya: “Istihadloh adalah hadats yang permanen seperti orang beser, maka ia tidak mencegah puasa dan shalat. Maka mustahadloh (diwajibkan) membasuh vaginanya dan membalutnya. Ia (wajib) berwudhu pada waktu shalat, ia (wajib) segera melaksanakan shalat. Bila mengakhirkannya karena kemaslahatan sholat, seperti menutup (aurat), menanti jamaah, maka tidak bermasalah. Bila bukan karena demikian, maka bermasalah menurut pendapat al-shahih. Wajib berwudhu untuk setiap fardlu, demikian pula memperbarui balutan menurut pendapat al-Ashah,” (al-Imam Syarifuddin Yahya an-Nawawi, Minhajut Tholibin, juz 1, hal. 19)

Ciri-ciri darah istihadloh:

  • Warna: Merah segar atau terang.
  • Tekstur: Lebih cair, tidak berbau.
  • Durasi: Bisa berlangsung berhari-hari, bahkan terus-menerus.
  • Hukum: Perempuan tetap wajib sholat, puasa, membaca Al-Qur’an, dan boleh berhubungan suami-istri setelah bersuci (berwudhu setiap masuk waktu sholat).

Cara Membedakan Haid dan Istihadloh

Para ulama dalam kitab-kitab fikih menjelaskan beberapa cara membedakan antara darah haid dan istihadloh:

Berdasarkan Kebiasaan (ʿAdah)

Wanita yang sudah terbiasa dengan siklus haid bulanannya bisa menjadikannya patokan. Darah yang keluar di luar masa biasanya dianggap istihadloh.

Imam an-Nawawi menjelaskan dalam Al-Majmūʿ Syarḥ al-Muhadzdzab (juz 2, hlm. 372, Dār al-Fikr, Beirut):

فَإِنْ كَانَتْ لَهَا عَادَةٌ مَعْرُوفَةٌ، رَجَعَتْ إِلَيْهَا، وَإِنَّمَا تُرَاعَى الْعَادَةُ فِي الْحَيْضِ دُونَ غَيْرِهِ.

Artinya: “Jika seorang wanita memiliki kebiasaan haid yang jelas, maka ia kembali pada kebiasaan tersebut untuk menentukan masa haidnya. Dan kebiasaan hanya diperhitungkan dalam haid, bukan selainnya.” (Al-Majmūʿ Syarḥ al-Muhadzdzab juz 2, hlm. 372, [Dār al-Fikr, Beirut])

Berdasarkan Sifat Darah

  • Haid: Lebih pekat, gelap, berbau, dan terasa berat.
  • Istihadloh: Lebih encer, merah segar, dan tidak berbau.

Imam al-Syirazi dalam Al-Muhadzdzab (juz 1, hlm. 63, Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, Beirut) menyebutkan:

وَدَمُ الْحَيْضِ أَسْوَدُ يُعْرَفُ، غَلِيظٌ مُنْتِنٌ، وَدَمُ الِاسْتِحَاضَةِ أَحْمَرُ رَقِيقٌ لَا رِيحَ لَهُ.

Artinya: “Darah haidl itu hitam, dikenal (dengan cirinya), kental, berbau, sedangkan darah istihadhah lebih merah, encer, dan tidak berbau.” (Al-Muhadzdzab juz 1, hlm. 63, [Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, Beirut])

Berdasarkan Durasi

  • Haid: Durasi minimal adalah 1 hari 1 malam, maksimal 15 hari.
  • Jika darah keluar lebih dari 15 hari, maka yang lebihnya dihukumi sebagai istihadhah.

Imam Zakariya al-Anshori dalam Asnāl-Maṭālib (juz 1, hlm. 119, Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2000) menegaskan:

وَأَقَلُّ الْحَيْضِ يَوْمٌ وَلَيْلَةٌ، وَأَكْثَرُهُ خَمْسَ عَشْرَةَ يَوْمًا، فَمَا زَادَ عَلَيْهَا فَهُوَ اسْتِحَاضَةٌ.

Artinya: “Batasinimal haidl adalah sehari semalam, dan maksimalnya lima belas hari. Apa yang lebih dari itu maka dihukumi istihadhah.” (Asnā al-Maṭālib (juz 1, hlm. 119, [Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2000])

Bertanya pada Ahlinya

Jika masih ragu, seorang muslimah dianjurkan untuk berkonsultasi dengan ustadzah, guru fikih, atau ulama yang paham tentang hukum-hukum haid.

Dalam Iḥyāʾ ʿUlūm ad-Dīn (juz 1, hlm. 236, Dār al-Maʿrifah, Beirut), Imam al-Ghozali menekankan pentingnya ilmu fiqh:

وَالْعِبَادَةُ بِغَيْرِ الْعِلْمِ لَا تَصْلُحُ، فَإِنَّهَا إِنْ كَانَتْ عَلى غَيْرِ عِلْمٍ، لَمْ يَأْمَنْ أَنْ يَقَعَ فِي الْبَاطِلِ.

Artinya: “aibadah tanpa ilmu tidak akan sempurna. Sebab jika seorang beramal tanpa ilmu, ia tidak akan aman dari terjatuh dalam kebatilan.” (Iḥyāʾ ʿUlūm ad-Dīn* (juz 1, hlm. 236, [Dār al-Maʿrifah, Beirut])

Membedakan darah haid dan istihadhah adalah ilmu yang wajib diketahui setiap muslimah. Haid adalah darah fitrah bulanan dengan ciri khas tertentu, sementara istihadhah adalah darah penyakit yang tidak menghalangi ibadah. Dengan memahami perbedaan keduanya, seorang muslimah dapat menjalankan ibadah dengan benar sesuai tuntunan syari’at.

Islam telah memberikan panduan jelas melalui Al-Qur’an, hadits, dan penjelasan para ulama dalam kitab kuning. Maka, jangan sampai salah memahami, karena salah hukum bisa berakibat fatal dalam ibadah.

Semoga bermanfaat. Wallohu a’lam.