darulmaarif.net – Indramayu, 14 April 2023 | 16.00 WIB
Tarawih merupakan salah satu sholat sunnah yang khusus dikerjakan hanya pada malam-malam bulan Ramadhan. Sebagaimana namanya yang berasal dari kata راحة (Arab) dan berarti ‘rehat’, ‘istirahat’, ‘tenang, ‘nyaman, atau ‘melepas dari kesibukan’, sholat tarawih mestinya menjadi sholat yang tenang, jadi sarana meraih ketenangan, dan melepas kesibukan.
Namun dalam praktiknya, sholat ini sering kali ditunaikan dengan cepat dan terburu-buru karena mengejar jumlah roka’at tertentu. Bahkan, tren sholat tarawih super cepat juga jadi pilihan bagi sebagian jama’ah dengan harapan cepat selesai. Masjid-masjid atau Musholla yang mengikuti sholat Tawarih ala Mekkah dengan bacaan satu Juz satu roka’at bisa jadi akan sepi apra jama’ah. Lalu, bagaimana fenomena yang sudah menjadi budaya masyarakat muslim Indonesia ini jika ditinjau dari permasalahan fiqhiyyah. Serta, adakah sejarahnya sholat Tarawih super cepat pada masa-mada Islam awal. Yuk, simak sampai selesai.
Upaya Para Ulama Agar Bisa Sholat Dengan Khusyu’
Sholat adalah ibadah yang paling pokok, sehingga sebanyak apapun ibadah yang dikerjakan tidak akan bernilai bila shalotnya terabaikan. Sedangkan urgensi dari sholat adalah khusyu’ kala menjalankannya. Bahkan pahala shalat sangat bergantung pada kadar ke-khusyu’annya. Berikut beberapa suri tauladan dalam menjaga khusyu’ ketika sholat: 1. Abu Tholhah menyerahkan kebun kurmanya pada Rasulullah karena mengganggu khusyu’:
المنتقى شرح الموطإ (1/ 180) (ص) : (مَالِكٌ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي بَكْرٍ «أَنَّ أَبَا طَلْحَةَ الْأَنْصَارِيَّ كَانَ يُصَلِّي فِي حَائِطِهِ فَطَارَ دُبْسِيٌّ فَطَفِقَ يَتَرَدَّدُ يَلْتَمِسُ مَخْرَجًا فَأَعْجَبَهُ ذَلِكَ فَجَعَلَ يُتْبِعُهُ بَصَرَهُ سَاعَةً ثُمَّ رَجَعَ إلَى صَلَاتِهِ فَإِذَا هُوَ لَمْ يَدْرِ كَمْ صَلَّى فَقَالَ لَقَدْ أَصَابَتْنِي فِي مَالِي هَذَا فِتْنَةٌ فَجَاءَ إلَى رَسُولِ اللَّهِ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – فَذَكَرَ لَهُ الَّذِي أَصَابَهُ فِي حَائِطِهِ مِنْ الْفِتْنَةِ وَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ هُوَ صَدَقَةٌ لِلَّهِ فَضَعْهُ حَيْثُ شِئْتَ).
Artinya: “Sesungguhnya Abi Tholhah al-Anshary ketika shalat di kebun kormanya,pandangan beliau tertuju pada seekor burung dubsy yang terbang mengitari kebunnya karena kebingungan mencari celah jalan keluar sebab tertutup oleh lebatnya pohon-pohon kurma. Diri Tholhah tertegun sejenak melihat pemandangan yang membuat dirinya kagum tersebut. Kemudian beliau tersadar, tapi sudah lupa akan berapa rakaat shalatnya. Kemudian beliau bergumam sendiri: Lantas beliau mengadu kepada Rosululloh Saw: Hartaku telah membuatku terkena fitnah. Lantas beliau mengadu kepada Rosululloh Saw perihal fitnah yang menimpanya sebab hartanya dan berkata: Harta itu aku sedekahkan pada jalan Alloh. Silahkan engkau kelola wahai Rosul. 2. Seorang sahabat Anshor yang menyerahkan kebun kurma nya pada Sayyidina Utsman Ra. karena menyebabkan tidak khusyu’.” (Tanwirul Hawalik Syarh Muwaththo’ juz:1 hal. 92)
Sholat Super Cepat Demi Menghasilkan Sholat Berkualitas
Ternyata sholat super cepat ini terlebih dahulu dipraktekkan oleh sahabat ‘Ammar bin Yasir Ra. Salah seorang bintang kehidupan ini mempercepat pelaksanaan shalatnya demi meraih khusyu’ dengan prosentase yang lebih banyak dalam sholat.
طرح التثريب في شرح التقريب (2/ 372) مَا رَوَاهُ أَحْمَدُ وَالنَّسَائِيُّ وَابْنُ حِبَّانَ فِي صَحِيحِهِ مِنْ حَدِيثِ عَمَّارِ بْنِ يَاسِرٍ أَنَّهُ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ فَخَفَّفَهُمَا فَقَالَ لَهُ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ الْحَارِثِ يَا أَبَا الْيَقْظَانِ أَرَاك خَفَّفْتَهُمَا فَقَالَ إنِّي بَادَرْتُ بِهِمَا الْوَسْوَاسَ وَإِنِّي سَمِعْت رَسُولَ اللَّهِ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – يَقُولُ «إنَّ الرَّجُلَ لِيُصَلِّيَ الصَّلَاةَ وَلَعَلَّهُ لَا يَكُونُ لَهُ مِنْهَا إلَّا عُشْرُهَا أَوْ تُسْعُهَا أَوْ ثُمُنُهَا أَوْ سُبُعُهَا أَوْ سُدُسُهَا حَتَّى أَتَى عَلَى الْعَدَدِ» وَقَالَ أَحْمَدُ إنِّي بَادَرْتُ بِهَا السَّهْو
Artinya: “Sesungguhnya ‘Ammar bin Yasir shalat dua rakaat dengan mempercepat pengerjaannya. Hingga Abdurrahman bin Harits bertanya padanya: Wahai Aba al-Yaqdhon aku melihat engkau mempercepat shalat dua rakaat. ‘Ammar bin Yasir menjawab: Saya mempercepat sholat dari kejaran was-was, dan sesungguhnya saya mendengar Rosululloh Saw bersabda: “Hendaklah seseorang bersholat dengan sholat yang sempurna. Dan harapannya bila tidak sempurna, raihlah sepersepuluhnya atau sepersembilannya atau seperdelapannya atau sepertujuhnya atau seperenamnya hingga masih ada bilangannya.” Riwayat Imam Ahmad menyebutkan: ‘Saya mempercepat sholat dari kejaran lupa.’ HR. Imam Ahmad, Nasa-i, dan Ibnu Hibban. Dalam riwayat Abu Dawud disebutkan, bahwa ‘Ammar bin Yasir menyatakan tidak meninggalkan batasan-batasan ( rukun-rukun ) shalat. Juga, khusyu’ sebagai bentuk zikir dalam hati tentu lebih diutamakan daripada mengejar zikir dhahir kala tidak mampu mengerjakan keduanya. Silahkan baca al-Furu’ wa tashhihul furu’ vol: 2 hal:293. Dengan demikian sudah jelas bahwa ‘Ammar bin Yasir tidak mengerjakan sunah sunah shalat demi menjaga khusyu’ yang menjadi barometer kwalitas shalat. Bisyr al-Hafi tidak meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri padahal hal ini disunnahkan dalam shalat, karena menurut beliau hal tersebut dapat menghilangkan khusyu’ nya.” (Kitab ‘Imaroh al- Masajid wa fadhhilatuha hal: 41)
Jawaban Atas Permasalahan Fiqhiyyah Ketika Sholat Super Ceapt
Bagaimana hukumnya bila sampai tidak melaksanakan thuma’ninah? Jawab: Tetap sah berdasarkan hasil ijtihad Imam al-Jurjani dari madzhab Hanafiyyah dan almasyhur dari madzhab Malikiyyah.
العناية شرح الهداية (1/ 302) (وَأَمَّا الطُّمَأْنِينَةُ) فِي الرُّكُوعِ وَالسُّجُودِ (فَفِي تَخْرِيجِ الْجُرْجَانِيِّ سُنَّةٌ وَفِي تَخْرِيجِ الْكَرْخِيِّ وَاجِبَةٌ حَتَّى تَجِبَ سَجْدَتَا السَّهْوِ بِتَرْكِهَا عِنْدَهُ) وَجْهُ الْجُرْجَانِيِّ أَنَّ هَذِهِ طُمَأْنِينَةٌ مَشْرُوعَةٌ لِإِكْمَالِ رُكْنٍ وَكُلُّ مَا هُوَ كَذَلِكَ فَهُوَ سُنَّةٌ كَالطُّمَأْنِينَةِ فِي الِانْتِقَالِ.
Artinya: “Adapun thuma’ninah dalam ruku’ dan sujud, maka dalam takhrijnya al-Jurjany hukumnya sunat. Dan dalam takhrijnya al-Karkhi hukumnya wajib sehingga wajib sujud sahwi sebab meninggalkannya. Pemikiran al-Jurjani, sesungguhnya tuma’ninah disyariatkan demi menyempurnakan rukun dan setiap penyempurna rukun hanyalah sunah seperti halnya tuma’ninah dalam rukun perpindahan.” (Al-‘Inayah Syarh Al-Hidayah Juz I/302)
منح الجليل شرح مختصر خليل (1/ 251) (وَ) الثَّالِثَةَ عَشَرَ (طُمَأْنِينَةُ) بِضَمِّ الطَّاءِ وَفَتْحِ الْمُهْمَلَةِ وَفَتْحِ الْمِيمِ وَسُكُونِ الْهَمْزِ أَيْ تَمَهُّلٍ وَتَأَنٍّ فِي الرُّكُوعِ وَالسُّجُودِ وَالرَّفْعِ مِنْهُمَا حَتَّى تَذْهَبَ حَرَكَةُ الْأَعْضَاءِ زَمَنًا يَسِيرًا صَحَّحَ ابْنُ الْحَاجِبِ فَرْضِيَّتَهَا أَوْ الْمَشْهُورُ مِنْ الْمَذْهَبِ سُنِّيَّتُهَا.
Artinya: “Yang ke 13 adalah thuma’ninah, Ibnu Hajib membenarkan thuma’ninah sebagai fardlu sholat dan al-Masyhur dari madzhab Malikiyah menghukumi sunnah.” (Minahul Jalil Syarh Mukhtashor Kholil Juz I/251)
Pada rakaat kedua, banyak ma’mum yang tidak sempat menyempurnakan bacaan fatihahnya. Sahkah shalat makmum tersebut? Jawab: Sah dan fatihahnya makmum ditanggung oleh imam karena dinilai sebagai ma’mum masbuq (tertinggal imam dua rukun Fi’li).
نهاية المحتاج إلى شرح المنهاج (2/ 227) (قَوْلُهُ: وَإِلَّا فَمَسْبُوقٌ) أَيْ فَيَرْكَعُ مَعَهُ وَتُحْسَبُ لَهُ الرَّكْعَةُ، وَمِنْ ذَلِكَ مَا يَقَعُ لِكَثِيرٍ مِنْ الْأَئِمَّةِ أَنَّهُمْ يُسْرِعُونَ الْقِرَاءَةَ فَلَا يُمْكِنُ الْمَأْمُومَ بَعْدَ قِيَامِهِ مِنْ السُّجُودِ قِرَاءَةُ الْفَاتِحَةِ بِتَمَامِهَا قَبْلَ رُكُوعِ الْإِمَامِ فَيَرْكَعُ مَعَهُ وَتُحْسَبُ لَهُ الرَّكْعَةُ وَلَوْ وَقَعَ لَهُ ذَلِكَ فِي جَمِيعِ الرَّكَعَاتِ
Semoga bermanfaat. Wallohu a’lam.