Taruhan Bola Sama dengan Judi? Ini Penjelasan Hukumnya

darulmaarif.net – Indramayu, 25 November 2022 | 10.00 WIB

Permainan sepak bola pada umumnya memang mengenai menang dan kalah, namun jika taruan sepak bola mengenai kapan terjadi lemparan bebas atau bola keluar lapangan dan di di dalamnya terdapat unsur untung-untungan, maka taruhan sepak bola yang seperti itu masuk ke dalam perjudian.

Piala Dunia 2022 di Qatar resmi digelar sejak Minggu (20/11/2022). Perhelatan akbar olahraga sepak bola terbesar di dunia itu disambut antusias oleh seluruh masyarakat, yang tentunya tak hanya di Indonesia tapi di seluruh dunia.

Sejalan dengan antusiasmenya, perhelatan Piala Dunia 2022 kerap dijadikan wadah sebagai taruhan bola atau judi bola yang banyak bermunculan baik yang dilakukan secara offline maupun via online.

Fenomena ini perlu menjadi kewaspadaan masyarakat Islam agar sadar akan bahaya judi. Bentuk judi yang diharamkan oleh agama adalah taruhan yang berasal dari tim atau pihak yang terlibat dalam perlombaan. Hal itu disebutkan oleh Syekh Ibrahim Al-Baijuri dalam Hasyiyah-nya:

وَإِنْ أَخْرَجَاهُ أَيِ الْعِوَضَ الْمُتَسَابِقَانِ مَعًا لَمْ يَجُزْ … وَهُوَ أَيِ الْقِمَارُ الْمُحَرَّمُ كُلُّ لَعْبٍ تَرَدَّدَ بَيْنَ غَنَمٍ وَغَرَمٍ

Artinya: “Jika kedua pihak yang berlomba mengeluarkan imbalan secara bersama, maka lomba itu tidak boleh. Hal itu, maksudnya judi yang diharamkan adalah semua permainan yang belum bisa dipastikan antara untung dan ruginya,” (Lihat Syekh Ibrahim Al-Baijuri, Hasyiyatul Baijuri ‘ala Fathil Qarib, hal. 310).

Diterangkan dalam Kitab Al-Mawsu’atul Fiqhiyyah, larangan judi bola dalam Islam sebetulnya merupakan bentuk kasih sayang Allah SWT untuk melindungi hamba-Nya. Menurut Imam Ibnu Taimiyyah, dampak negatif judi disebut lebih berbahaya dibandingkan riba dengan dua kerusakan utama yakni, memakan harta haram dan terjerumus permainan terlarang.

قال إبن تيمية: إن مفسدة الميسر أعظم من مفسدة الربا لأنه يشتغل على مفسدتين: مفسدة أكل المال الحرام، ومفسدة اللهو الحرام، إذ يصد عن ذكر الله وعن الصلاة ويوقع فى العداوة والبغضاء، ولهذا حرام الميسر قبل تحريم الربا. (مجموعة الفتاو إبن تيمية ٣٢/٣٣٧)

“Maysir benar-benar telah memalingkan seseorang dari dzikrullah, dari shalat, juga mudah timbul permusuhan dan saling benci. Oleh karena itu, maysir diharamkan sebelum riba,” tulis kitab tersebut. (Lihat Al Mawsu’ah Al Fiqhiyyah, 39: 406.)