Sejarah Pagar Nusa, Pencak Silat Khas Nahdlatul Ulama

darulmaarif.net – Indramayu, 03 Januari 2023 | 08.00 WIB

Tanggal 03 Januari diperingati sebagai hari lahirnya gerakan pencak silat Pagar Nusa. Dalam kancah sejarah, Pagar Nusa lahir pada tanggal 03 Januari 1986, di Kediri. Pagar Nusa atau sering disingkat PN, adalah organisasi pencak silat di bawah naungan Nahdlatul Ulama yang berdiri pada 22 Rabi’ul Akhir 1406 H / 3 Januari 1986 M di Pondok Pesantren Lirboyo Kediri, Jawa Timur dengan Ketua Umum pertamanya adalah KH. Abdulloh Maksum Jauhari dalam rangka menyatukan dan mewadahi sejumlah perguruan silat NU yang dahulunya beragam dan berdiri sendiri-sendiri. (Syahrial, Muhammad dalam Buku Jago Beladiri, 2020). Hingga saat ini, Pagar Nusa memiliki nama resmi Pencak Silat Nahdlatul Ulama Pagar Nusa (PSNU).

Melansir dari Wikipedia.org, berdirinya gerakan pencak silat Pagar Nusa ini dilatarbelakangi oleh perasaan gelisah yang dirasakan oleh para ulama terutama aktifis pencak silat yang kala itu tidak ada suatu wadah yang menaungi para aktifis pencak silat yang jumlahnya tidak sedikit, para ulama dan aktifis menyayangkan jika aktifis pencak silat di lingkungan NU kala itu tidak ada wadah tersendiri untuk bersatu dalam suatu wadah. Lantas kemudian suatu ketika, pendekar asal Surabaya, Jawa Timur Kiai Suharbillah sowan kepada KH. A. Mustofa Bisri (Gus Mus) untuk meminta pendapat dan fatwa akan hal tersebut. Lalu KH. A. Mustofa Bisri memberi saran kepada KH. Suharbillah untuk mendatangi dan menghadap kepada Gus Maksum (Lirboyo, Kediri).

Lalu tepat pada tanggal 27 September 1985, para ulama dan aktifis pencak silat melakukan musyawarah di Pesantren Tebuireng, Jombang dan beragenda untuk mendirikan sebuah organisasi yang berafiliasi kepada Jam’iyah Nahdlatul Ulama dengan tujuan khusus untuk mewadahi dan mengembangkan kemampuan di bidang pencak silat.

Satu tahun setelah itu, yakni pada tanggal 3 Januari 1986, para ulama dan aktifis pencak silat di kalangan NU tadi menyelenggarakan pertemuan dan musyawarah di Pondok Pesantren Lirboyo, dan di pertemuan inilah disepakati pembentukan organisasi pencak silat di bawah naungan NU dengan nama “Pagar Nusa”.

Kemudian pada tanggal 16 Juli 1986, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama yang ketika itu diketuai oleh KH. Ahmad Shidiq sebagai Rais ‘Aam dan KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) sebagai Ketua Umum-nya, melakukan peresmian terhadap Pencak Silat Pagar Nusa sebagai salah satu badan otonom di bawah pangkuan Jam’iyah Nahdlatul Ulama dan ketua umum Pagar Nusa pertama kali dijabat oleh KH. A. Maksum Jauhari.

Pada lambang Ikatan Pencak Silat Nahdlatul Ulama Pencak Silat Nahdlatul Ulama Pagar Nusa tertulis Laa ghaaliba Illa billah yang melingkar di bola bumi; terletak di bawah trisula. Lafaz itu diusulkan KH Suharbillah, seorang pendekar silat dan salah seorang pendiri Pagar Nusa. Mulanya adalah kalimat tersebut adalah laa gholiba illalloh, kemudian KH Sansuri Badhawi mengusulkan untuk menggantinya dengan laagholiba illa billah. Kalimat tersebut yang digunakan pada lamabang Pagar Nusa hingga sekarang. Artinya semakna dengan la haula wa laa quwwata illa billah.

Lafadz tersebut, menurut Kyai Suharbillah, bahwa Pagar Nusa ingin kejayaan Islam di Cordova, Spanyol, tumbuh di Indonesia. juga sangat cocok semboyan sebuah perhimpunan bela diri supaya para anggotanya tidak takabur. Sebab dengan lafadz tersebut, pendekar berpegang teguh bahwa tidak ada yang mengalahkan seseorang, kecuali hanya karena Alloh. Dengan slogan itu, pendekar tidak oper dosis bertujuan untuk kemenangan, di atas langit ada langit. KH Aizzudin Abdurrohman (Ketua Umum Pagar Nusa 2012-2017) menafsirkan lafadz tersebut sebagai tingkat kepasrahan tertinggi seseorang. Meskipun seseorang sakti, tapi tidak boleh merasa sakti. Termasuk kepada musuh kita. Meskipun dia terlihat sakti, tapi ketika tidak dilindungi Alloh, dia tidak akan berarti apa-apa.

Pencak Silat Pagar Nusa Pondok Pesantren Darul Ma’arif

Di Pondok Pesantren Darul Ma’arif, selain para santri belajar kurikulum pesantren secara formal seperti ngaji kitab kuning (turots), ngaji Al-Qur’an, belajar bahasa Arab-Inggris, program tahfidzul Qur’an, Pondok Pesantren Darul Ma’arif juga memeiliki banyak kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti oleh para santri. Diantaranya adalah pencak silat Pagar Nusa. Dalam pencak silat Pagar Nusa, para santri Pondok Pesantren Darul Ma’arif dibekali seni bela diri khas ala Nahdlatul Ulama.