Sambut HUT RI Ke 78, Kita Butuh Sosok Pemimpin Seperti Baginda Nabi Muhammad Saw

darulmaarif.net – Indramayu, 16 Agustus 2023 | 10.00 WIB

“When leadership is great, success inevitably follows. Likewise, when leadership is poor, failure inevitably follows.” – Adnan Jalali, Leadership Trainer.

Hari Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia yang saat ini telah memasuki usia ke 78, perlu kiranya kita memiliki sosok pemimpin yang berjiwa besar, yang siap berkorban jiwa raga demi kepentingan nasional bangsa Indonesia.

Banyak orang bersaing untuk posisi kepemimpinan baik di sekolah, di tempat kerja, atau di pemerintahan. Tetapi kebanyakan orang menjadi pemimpin yang buruk. Itu benar! Kita cenderung berpikir bahwa seorang pemimpin adalah seseorang yang memerintah orang lain, seseorang yang dapat mengatakan apa yang terjadi, orang yang dilayani orang lain.

Dan karena pemahaman tentang apa itu pemimpin dan apa yang dilakukannya, dunia telah melihat banyak kejahatan dari pemimpin-tiran, lalim, diktator—pemimpin dengan segudang masalah—megalomania, narsisme, psikopatologi. Kita tahu apa yang membuat seorang pemimpin yang buruk. Kita bahkan tidak perlu melihat ke masa lalu sebagai contoh.

Apa yang Membuat Seorang Pemimpin yang Baik?

Orang-orang menginginkan pemimpin yang mendengarkan mereka, dan memberdayakan mereka daripada mempraktikkan kekuasaan atas mereka.” (Leonard Pellicer, Cukup Peduli untuk Memimpin ).

Tapi kita juga tahu apa yang membuat seorang pemimpin yang baik. Peran seorang nabi pada hakekatnya adalah kepemimpinan. Alloh memilih para nabi ini, sebagai pemimpin untuk menunjukkan kepada orang-orang jalan kembali kepada-Nya. Para nabi adalah contoh pemimpin besar.

Ketika kita mencari bimbingan para nabi tentang apa artinya menjadi pemimpin yang baik, kita belajar bahwa menjadi pemimpin yang baik adalah menjadi seorang pelayan—kebalikan dari apa yang kebanyakan orang pikirkan tentang kepemimpinan.

Dalam peran Baginda Nabi Muhammad Saw sebagai nabi, kita hari ini masih bisa menyaksikan apa yang dimaksud dengan pemimpin besar . Dan kebanyakan orang yang membaca biografi Nabi Muhammad Saw akan memahami bahwa dia adalah hamba Alloh pertama dan kedua umatnya.

Tata Cara Melayani Orang Lain

Menurut Faiza Gonaim, Department of Educational Leadership Studies, University of Victoria, Canada, The Prophet SAW:

“Menjadi pemimpin sambil tetap menjadi pelayan. Nabi selalu berada di antara umatnya: mengajar, membantu dan membimbing mereka. Dia tidak pernah mengejar kenyamanan atau posisi tinggi atas rakyatnya. Namun demikian, temannya terkadang menawarkan untuk membantunya, namun dia menolak dengan mengatakan, ‘Allah tidak senang dengan budak yang membedakan antara dirinya dan temannya, dan menganggap dirinya lebih baik dari yang lain.”

Sepanjang kenabiannya, Nabi Muhammad Saw berbicara dengan orang-orang, mendengarkan pria, wanita, anak-anak, kaya, miskin, budak, pemimpin, dan lainnya. Nabi mendengar keprihatinan rakyatnya, kebutuhan mereka, rasa sakit mereka. Dia berempati dengan orang-orang, berdoa bersama mereka dan untuk mereka, dan menyembuhkan mereka.

Tetapi Nabi Muhammad Saw tahu bahwa memimpin berarti melangkah lebih jauh daripada mendengarkan. Nabi tahu memimpin berarti menerima nasihat. Jadi, beliau meminta nasihat dari para pengikutnya – pria, wanita, anak-anak, kaya, miskin, budak, pemimpin. Alloh memerintahkan Baginda Nabi untuk melakukan sebanyak:

فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ

Artinya: “…Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu…[ ].” (Q.s Ali Imran Ayat 159)

Nabi Muhammad Saw didedikasikan untuk kemajuan umatnya di semua bidang kehidupan. Dia pertama dan terutama melayani rakyatnya sebagai guru mereka . Dia secara teratur menggunakan kejadian sehari-hari untuk memberikan wawasan, introspeksi, kebijaksanaan, dan masih banyak lagi.

Nabi Shollallohu ‘Alaihi Wasallam juga mendorong umatnya untuk terus mencari jalan perbaikan diri (mereka di antara dia, yang akan datang, dan bahkan kita hari ini). Dia berkata:

‎وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا، سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Barangsiapa menempuh jalan mencari ilmu, Alloh akan memudahkan jalannya menuju surga.” (H.R Imam Bukhori dan Muslim)

Tapi mungkin kualitas kepemimpinan-pelayan yang paling penting dari Nabi Muhammad Saw adalah bahwa dia memimpin dengan keteladanan (أسوة حسنة). Dia melayani orang-orang dengan kebaikan, wajah yang tersenyum, tangan yang murah hati, dan telinga yang siap mendengarkan sebagai contoh bagi orang-orangnya tentang cara terbaik untuk berada di dunia ini.

Dia lembut untuk menunjukkan kepada orang-orang bagaimana menjadi lembut:

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ… (ال عمران ١٥٩)

“Maka berkat rahmat Alloh engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu…” (Q.s Ali ‘Imron Ayat 159)

Nabi Muhammad Saw adalah sosok penyayang untuk mengajarkan belas kasihan dan kasih sayang:

لَقَدْ جَآءَكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِٱلْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ

“Sungguh telah datang kepadamu seorang Utusan dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (Q.s Ar-Taubah Ayat 128)

Kita Semua Pemimpin: Kita Semua Pelayan

Rosululloh Saw bersabda:

كُلُّكُمْ راعٍ، وكُلُّكُمْ مسئولٌ عنْ رعِيَّتِهِ ، والأَمِيرُ رَاعٍ والرَّجُلُ راعٍ علَى أَهْلِ بَيْتِهِ ، والمرْأَةُ راعِيةٌ على بيْتِ زَوْجِها وولَدِهِ ، فَكُلُّكُمْ راعٍ ، وكُلُّكُمْ مسئولٌ عنْ رعِيَّتِهِ » متفقٌ عليه

“Semua orang dari kalian itu adalah penggembala dan semuanya akan ditanya perihal pengembalaannya. Seorang amir (pemimpin) adalah pengembala, seorang lelaki juga pengembala pada keluarga rumahnya, perempuan pun pengembala pada rumah suaminya serta anaknya. Maka dari itu semua orang dari kalian adalah pengembala dan semua saja akan ditanya perihal penggembalaannya”. (H.R Muttafaq ‘Alaih)

Tidak seorang pun akan pernah lagi mengalami kepemimpinan dalam skala alam semesta yang dialami Nabi Muhammad Saw. Tapi kita semua memiliki peran kepemimpinan dengan cara kita sendiri. Dan ini berarti bahwa kita semua melayani orang lain baik itu melayani anak-anak kita sebagai orang tua, komunitas kita sebagai imam, karyawan kita sebagai majikan. Orang-orang melihat ke arah kami. Dan kami berutang layanan kami kepada mereka.

Pelayanan merupakan makna dari kepemimpinan seperti yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw.

Kita belajar dari Nabi bahwa seorang pemimpin bukanlah orang yang mengatakan apa yang terjadi, tetapi dia mendengarkan komunitasnya, membantu mereka, bereaksi terhadap kebutuhan mereka, dan mengikuti nasihat mereka.

Kita belajar bahwa seorang pemimpin bukanlah orang yang dilayani orang lain, tetapi orang yang melayani dan memperbaiki rakyatnya. Seorang pemimpin bukanlah seseorang yang memerintah orang lain. Seorang pemimpin adalah orang yang berkomitmen untuk memimpin dengan memberi contoh.

Nabi Muhammad Saw bersabda:

خِيَارُ أئمتكم الذين تحبونهم ويحبونكم، وتُصَلُّون عليهم ويصلون عليكم. وشِرَارُ أئمتكم الذين تبُغضونهم ويبغضونكم، وتلعنونهم ويلعنونكم.

“Sebaik-baik pemimpin kalian adalah orang-orang yang kalian cintai dan mencintai kalian, kalian mendoakan mereka dan mereka pun mendoakan kalian. Dan seburuk-buruk pemimpin kalian adalah orang-orang yang kalian benci dan membenci kalian, kalian melaknat mereka dan mereka pun melaknat kalian.”

Hari ini, 1400+ tahun setelah kerasulan Baginda Nabi Muhammad Saw, beliau masih senantiasa menjadi pemimpin yang paling dicintai seluruh dunia. Dan kita senantiasa berdoa semoga tetap diakui sebagai umatnya, setiap kali kita menyebut namanya: Alloh umma Sholli ‘Alaa Sayyidinaa Muhammad.

Seperti kata Adnan Jalali, seorang Leadership Trainer dalam Mukadimah tulisan diatas berkata:
“Ketika kepemimpinan hebat, kesuksesan pasti akan mengikuti. Demikian pula, ketika kepemimpinan buruk, kegagalan pasti akan mengikuti.”

Semoga bermanfaat. Wallohu a’lam.