darulmaarif.net – Indramayu, 07 Maret 2023 | 09.00 WIB
Sebentar lagi umat Islam di seluruh dunia akan menyambut kegembiraan berkat datangnya bulan Ramadhan. Jika melihat dari kalender hisab, bulan Ramadhan tahun 2023 bertepatan dengan tanggal 23 Maret 2023 M/01 Ramadhan 1444 H.
Sudah sepatutnya kita sebagai umat Islam berbahagia untuk menyambut datangnya bulan suci yang mulia ini.
Sebagaimana hadits Nabi Saw:
مَنْ فَرِحَ بِدُخُولِ رَمَضَانَ حَرَّمَ اللهُ جَسَدَهُ عَلىَ النِّيْرَانِ
Artinya: “Barangsiapa bergembira dengan masuknya bulan Ramadhan, Alloh akan mengharamkan jasadnya masuk neraka.” (Durrotun Nasihin, hal. 4)
Selain ada anjuran untuk berbahagia menyambut datangnya bulan suci, perlu diketahui juga bahwa bulan Ramadhan adalah salah satu bulan yang didalamnya terdapat kewajiban berpuasa satu bulan penuh. Tradisi puasa di bulan Ramadhan sendiri sebetulnya sudah lama dilakukan oleh bangsa ‘Arab Jahiliyyah.
Dalam setahun ada satu bulan di mana masyarakat Quraisy berlaku saleh (tahannuts atau tabarrur). Pada bulan itu juga Rosululloh Saw bersemadi selama sebulan penuh (di Goa Hiro) untuk mendekatkan diri kepada Alloh. Pada bulan itu juga Rasululloh Saw melakukan lebih banyak kesalehan, memberi makan orang miskin yang datang kepadanya dan beragam kesalehan lainnya. Bulan yang dilazimkan oleh masyarakat Quraisy dan Rosulullah Saw tidak lain adalah bulan Ramadhan dimana Al-Qur’an diturunkan didalamnya. Dari riwayat ini kita dapat memahami bahwa puasa Ramadhan umat Islam merupakan puasa yang biasa dilazimkan masyarakat Quraisy sebagai bentuk peribadatan di masa Jahiliyah sebelum Islam. (Khudhari Bek, 1995 M/1415 H: 28).
Adapun penamaan bulan Ramadhan dalam kalender Hijriyah, berasal dari kata ar-romadh yang berarti panas yang sangat terik. Dalam kitab Tuhfatul Muhtaj Juz XIII/178 disebutkan:
( يَجِبُ صَوْمُ رَمَضَانَ ) إجْمَاعًا وَهُوَ مَعْلُومٌ مِنْ الدِّينِ بِالضَّرُورَةِ مِنْ الرَّمْضِ وَهُوَ شِدَّةُ الْحَرِّ ؛ لِأَنَّ وَضْعَ اسْمِهِ عَلَى مُسَمَّاهُ وَافَقَ ذَلِكَ وَكَذَا فِي بَقِيَّةِ الشُّهُورِ كَذَا قَالُوهُ وَهُوَ إنَّمَا يَأْتِي عَلَى الضَّعِيفِ أَنَّ اللُّغَاتِ اصْطِلَاحِيَّةٌ .
أَمَّا عَلَى أَنَّهَا تَوْقِيفِيَّةٌ أَيْ أَنَّ الْوَاضِعَ لَهَا هُوَ اللَّهُ تَعَالَى وَعَلَّمَهَا جَمِيعًا لِآدَمَ عِنْدَ قَوْلِ الْمَلَائِكَةِ لَا عِلْمَ لَنَا فَلَا يَأْتِي ذَلِكَ وَهُوَ أَفْضَلُ الْأَشْهُرِ حَتَّى مِنْ عَشْرِ الْحِجَّةِ لِلْخَبَرِ الصَّحِيحِ
Artinya: “(Wajib puasa bulan Ramadhan) menurut kesepakatan ‘Ulama, puasa Ramadhan merupakan perkara yang diketahui secara pasti oleh masyarakat umum. Ramadhan berasal dari kata ar-romadh yaitu panas yang terik hal ini karena kebiasaan penamaan oleh orang-orang Arab atas nama-nama bulan dalam setahun. Sedang pendapat lain menyatakan penamaan ramadhan bersifat tauqify yang menamainya langsung Alloh sendiri dan diajarkan pada Nabi Adam ‘alaihis salam. (Tuhfatul Muhtaaj XIII/178)
( لأن وضع اسمه الخ ) عبارة المغني والنهاية لأن العرب لما أرادت أن تضع أسماء الشهور وافق أن الشهر المذكور كان في شدة الحر فسمي بذلك كما سمي الربيعان لموافقتهما زمن الربيع اه قوله ( وكذا في بقية الشهور ) عبارة المصباح في مادة ج م د ويحكى أن العرب حين وضعت الشهور وافق الوضع الأزمنة فاشتق للشهور معان من تلك الأزمنة ثم كثر حتى استعملوها في الأهلة وإن لم توافق ذلك الزمان فقالوا رمضان لما ارمضت الأرض من شدة الحر وشوال لما شالت الإبل بأذنابها للظروف وذو القعدة لما ذللوا القعدان للركوب وذو الحجة لما حجوا والمحرم لما حرموا القتال أو التجارة والصفر لما غزوا وتركوا ديار القوم صفرا وشهر ربيع لما أربعت الأرض وأمرعت وجمادى لما جمد الماء ورجب لما رجبوا الشجر وشعبان لما أشعبوا مثل العود انتهت اه ع ش
Artinya: “Keterangan dalam kitab Al-Mughni dan An-Nihaayah: ‘karena kebiasaan orang arab saat menamai bulan disesuaikan dengan keadaan zamannya, mereka menamai ramadhan karena bulan ini bertepatan dengan masa terik panas seperti mereka menamai dua bulan robii’ (Robii’ul Awwal dan Robii’us Tsani) karena bertepatan dengan musim semi, begitu juga bulan-bulan lain meskipun kenyataannya pada musim-musim tertentu tidak sesuai dengan apa yang mereka namai.
- Ramadhan = saat bumi terbakar karena panas yang terik
- Syawwal = saat unta menaikkan ekornya pada wadah
- Dzul Qo’dah = saat merendahkan kendaran untuk dinaiki
- Dzul hijjah = saat menjalani haji
- Muharram = saat diharamkan peperangan atau niaga
- Shofar = saat orang arab meninggalkan rumah mereka dalam keadaan kosong
- dan 8. Robii’ (awal dan tsani) = saat musim semi
- dan 10. Jumada (ula dan tsani) = saat air membeku
- Rojab = saat pepohonan berduri
- Sya’ban = saat mereka meninggalkan untuk selama-lamanya seperti kembali
[ Hawaasyi as-syarwaany III/371 ].
Karena romadlon adalah bulan pembakaran dosa. Romadhon artinya panas terik. Dalam kitab Al-Hawil Kubro disebutkan:
الحاوى الكبير ـ الماوردى (3/ 854)وَقَدْ رَوَى أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ {صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ} قَالَ : إِنَّمَا سُمِّيَ رَمَضَانُ: لِأَنَّهُ يَرْمِضُ الذُّنُوبَ أَيْ : يَحْرِقُهَا وَيَذْهَبُ بِهَا.
Artinya: “Dari sahabat Anas bin Malik, beliau bercerita bahwa Rosululloh Saw bersabda: ‘dinamakan romadlon karena membakar dosa dalam arti membakar sekaligus meleburkan dosa.’
Kemudian dalam kitab Hasyiyah Al-Bujairomi ‘Alal Khotib juga disebutkan:
حاشية البجيرمي على الخطيب3 12/4
وَرَمَضَانَ لِرَمَضِ الذُّنُوبِ فِيهِ ، لِأَنَّهُ يُرْمِضُ الذُّنُوبَ أَيْ يُحْرِقُهَا ، وَقِيلَ : لِأَنَّ الْقُلُوبَ تُؤْخَذُ فِيهِ مِنْ حَرَارَةِ الْمَوْعِظَةِ ، وَقِيلَ : سُمِّيَ رَمَضَانَ ، لِأَنَّهُمْ لَمَّا نَقَلُوا أَسْمَاءَ الشُّهُورِ عَنْ اللُّغَةِ الْقَدِيمَةِ سَمَّوْهَا بِالْأَزْمِنَةِ الَّتِي وَقَعَتْ فِيهَا فَوَافَقَ زَمَنَ الْحَرِّ وَالرَّمَضِ ،
Artinya: “Dinamakan Romadlon karena di bulan itu untuk membakar dosa, karena pada bulan itu dosa-dosa pada dibakar dikatakan karena hati di bulan itu menerima panasnya mauidzoh, dikatakan bahwa dinamakan Romadlon karena masyarakat terdahulu memberi nama pada bulan-bulan dengan bahasa terdahulu,mereka menamakan bulan dengan musim yang bertepatan pada bulan tersebut dan romadlon pas bertepatan dengan musim panas .
Karena kewajiban puasa adalah pada bulan ramadhan, jadi lazim dalam khalayak ramai bulan Ramadhan disebut bulan puasa. Keumuman yang terjadi pada masyarakat menyebut bukan pada maknanya, tapi ritual yang biasa diterapkan didalamnya. Karena ramadhan identik dengan puasa, maka mereka menamakan bulan puasa. Meski maknanya ramadhan sendiri adalah sangat panas. Perintah menjalankan puasa turun pada tanggal 10 bulan Sya’ban tahun 1,5 hijriyah. Ada pula yang menyatakan tahun ke-2 hijriyah.
Kitab Al-Fiqhu ‘Ala Madzahibil Arba’ah:
هو فرض عين على كل مكلف قادر على الصوم و قد فرض فى عشر من شهر شعبان بعد الهجرة بسنة و نصف
Kitab At-Taqrirotus Syadiidat:
وقت فرضه: فرض فى الثانية من الهجرة فى شهر شعبان
Itulah penjelasan asal usul bulan Ramadhan dan kenapa identik dinamakan bulan puasa.
Semoga bermanfaat. Wallohu a’lam.