darulmaarif.net – Indramayu, 09 Februari 2024 | 20.00 WIB
Peringatan Isra’ Mi’raj tahun ini jatuh pada 08 Februari 2024 atau 27 Rajab 1445 H. Isra’ Mi’raj merupakan sebuah peristiwa agung yaitu Alloh Swt memberikan keistimewaan kepada Nabi Muhammad Saw untuk memperjalankan sosok mulia beliau bersama Ruhul Qudus Malaikat Jibril ‘alaihissalam.
Perjalanan agung ini merupakan perjalanan di malam hari dari mulai Masjidil Haram Makkah menuju Masjidil Aqsho Palestina. Kemudian dilanjutkan dari Masjidil Aqsha menuju Sidratul Muntaha untuk menghadap Alloh Swt. Pada peristiwa itu Alloh Swt memberi kado istimewa kepada kepada Baginda Nabi untuk mendirikan sholat 5 waktu dalam sehari semalam.
Pondok Pesantren Darul Ma’arif Kaplongan Indramayu Sebagai pesantren berbasis Salafi-Modern yang berhaluan ahlussunnah Wal Jama’ah konsisten memperingati Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad Saw setiap tahunnya sebagai salah satu wujud penghormatan kepada keagungan sosok mulai Baginda Rosululloh Saw dan juga terhadap datangnya bulan Rajab.
Dengan tema “Dengan Hikmah Peringatan Isra’-Mi’raj Kita Mantapkan Ke Inanna dan Ketakwaan Kita Kepada Allah SWT Sebagai Landasan Moral di Era Global”, pondok pesantren Darul Ma’arif pada tahun ini kembali memperingati Isra’-Mi’raj pada hari Jum’at malam Sabtu, (09/02/2024).
Acara dimulai pukul 20.00 WIB yang diawali dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an oleh Ustadz Juedi. Dipandu oleh MC, Putri Andin, Acara selanjutnya sambutan ketua panitia Isra’ Mi’raj oleh Ustadz Saeful Bahri, S.Pd. yang dilanjutkan dengan pembacaan sholawat oleh Grup Hadroh Darul Ma’arif dan persembahan Grup Hadroh Jadul oleh Grup Hadroh Asatidz. Setelah itu acara dilanjutkan dengan Mauidzotul Hasanah yang disampaikan oleh KH. Jamaluddin Kafi dari Indramayu.
Menurut KH. Jamaluddin Kafi, peristiwa Isra’ Mi’raj merupakan gambaran tentang perjalanan kehidupan manusia seutuhnya dan seluruhnya, hanya saja yang dijadikan contoh Kanjeng Nabi Muhammad Saw. Bukan Nabi dan Rasul yang lain.
“Kenapa harus Kanjeng Nabi Muhammad yang jadi contoh dalam perjalanan Isra’ Mi’rajMi’raj? Karena beliau adalah satu-satunya Nabi dan Rasul yang mampu menunjukkan washful ‘ubudiyyah (sifat kehambaan). Isra’ Mi’raj adalah gambaran dia perjalanan vertikal dan horizontal. Artinya, orang-ornag yang baik adalah orang-ornag yang mampu menjalin hubungan baik dengan seluruh makhluk Alloh di muka bumi (Horizontal) dan sanggup menjalin hubungan baik dengan dzat (Alloh) yang diatas (Vertikal),” Kata beliau dalam pembukaan Mau’idzoh.
Sehingga menurut KH. Jamaluddin Kafi, dengan washful ‘ubudiyyah tersebut, Baginda Nabi Muhammad Saw berhak menyandang gelar ashriful anbiya-i wal mursalin.
Beliau juga mengatakan bahwa pelajaran pertama yang dapat kita petik dari Isra’ Mi’raj adalah bagaimana kita kembali memakmurkan masjid kita, meningkatkan syiar sholat berjama’ah kita. Dalam hadits yang diriwayatkan Imam Abu Dawud mengatakan: “Sesungguhnya sholatnya seorang laki-laki yang dimakmumi oleh seorang laki-laki jauh lebih utama daripada sholatnya seorang laki-laki yang tidak ada makmumnya sama sekali. Artinya apa? Berjama’ah lah walaupun makmum nya satu orang. Dan sesungguhnya sholatnya laki-laki yang dimakmumi oleh dua orang laki-lakilaki-laki, kata nabi jauh lebih utama daripada sholatnya seorang laki-laki yang hanya dimakmumi oleh seorang laki-laki. Semakin bertambah banyak jama’ah dalam sholat itu, hal demikian akan menjadikan Alloh tambah cinta dan sayang pada kita.
“Saya yakin anak-anak santri pondok pesantren Darul Ma’arif Kaplongan adlaah suatu kewajiban dalam menjalankan sholat berjama’ah di masjid. Kemudian pada Hadits yang kedua, shollu kamaa roaitumuni usholly. Sholatlah kalian semua seperti kalian melihat aku sholat. Kita tidak hidup sezaman dengan nabi, lalu bagaimana kita melihat praktik sholat nabi? Surrohul hadits (para Ulama Pensyarah hadits) sepakat siapa saja yang bisa mengamalkan hadits ini, adalah orang-orang yang mampu menetapi beberapa syarat. Yang pertama adalah qoulan, yang kedua wa fi’lan, ketiga wa libasan, keempat wa makaanan, dan yang kelima haalan.” Tegasnya.
Pertama qoulan, artinya ucapan. Dari mulai niat, takbir sampai salam. Kita kenal dalam sholat itu ada yang namanya rukun qouly (ucapan). Sejauh mana pengaruh takbirotul ihrom itu sanggup menjadikan pribadi yang mengerjakan sholat sehingga memiliki washful ‘ubudiyyah yang saya katakan didepan. Sehingga dengan washful ‘ubudiyyah itu mampu mengisro’ kan dan memi’rajkan pribadinya. Maka output nya, kata KH. Jamaluddin Kafi dengan takbirotul ihrom Allohu Akbar saja mampu kita husnudzon tidak ada orangtua yang tidak bertanggung jawab terhadap keselamatan pendidikan anak-anaknya. Dengan washuf ‘ubudiyyah juga, tidak bakal ada anak yang durhaka kepada kedua orangtua nya. Tidak ada seorang suami yang akan berani mendzolimi istrinya, ataupun sebaliknya tidak akan ada seorang istri yang akan membangkang atas perintah suaminya. Dan seterusnya, tidak akan ada rakyat yang menghina pemimpinnya, dan tidak akan pernah ada seorang pemimpin yang tidak sayang kepada rakyatnya. Itu pelajaran dari takbirotul ihrom.
Yang kedua, membaca surat Al-Fatihah. Imam Fakhruddin Ar-Razy dalam kitab Tafsir nya Al-Kabir (Kitab Mafaatihul Ghoib) beliau menyebut surat Al-Fatihah dengan Babul Ma’rifat.Kenapa disebut dengan Babul Ma’rifat? Karena dengan kita mengamalkan seluruh kandungan isi surat Al-Fatihah, sama dengan kita mengamalkan seluruh kandungan 30 Juz dalam Al-Qur’an. Maka pantas, Surat Al-fatihah yang dengan Babul Ma’rifat itu disebut dengan 7 ayat yang disebut dengan simbol dsri 7 macam dari nama-nama pintu surga.
“Simbol-simbol dalam Babul Ma’rifat itu sebagai berikut: Bab Adz-Dzikri (pintu Dzikir), Bab Asy-Sykri (pintu Syukur), Bab Ar-Roja’ (pintu Harapan), Bab Al-Khouf (pintu Takut), Bab Al-Ikhlas (pintu Ikhlas), Bab Ad-Dunga (pintu Doa), dan Bab Al-Iqtida (pintu Keteladanan).” Ucap KH. Jamaluddin Kafi kepada para hadirin santri putra putri.
Menurut beliau, Umat Baginda Nabi Muhammad ada kalanya masuk surga melalui pintu Dzikir, ada yang melalui pintu Syukur, pitny Harapan, pintu Takut, pintu Ikhlas, pintu Doa dan ada kalanya sebagian umat Kanjeng Nabi masuk melalui pintu Keteladanan.
Yang ketiga, wa libaasan. Bagaimana Kanjeng Nabi ketika sholat berpakaian, tentu anak-anak santri sudah diajarkan oleh par guru para kyai dan para asatidz ustadzah pondok pesantren. Walaupun kita bukan orang Arab, atau bukan alumni Arab mungkin, ketika sholat syaratnya pertama wajib suci, kedua menutup aurat, dan ketiga sopan.
Keempat, wa makaanan. Kanjeng Nabi ketika sholat di masjid, di masjid dan di masjid. Makanya aneh, apabila ada orang Indramayu semangat memperingati bukan Rajab dan Isra’ Mi’raj, dimana bulan Rajab adalah kita kembali memamkmurkan masjid, tapi sayang sholatnya masih belum mau ke masjid.
“Terkahir, wa haalan. Maksudnya Kaifiyyah (Tata Cara) Kanjeng Nabi ketika sholat, Ay Al-Khusyu’ (khsuyu). Tentu berat untuk khsusyu’. Tapi kita bisa belajar, caranya bagaimana supaya khsutu’ ketika sholat? Dalam kitab Sululuk Asasiyah karya Syekh Muhammad bin Ali bin Muhammad Ba’atiyah mengatakan bahwa untuk menuju takaran sholat pada maqom (kedudukan) iqmatus sholat laa wujuudus sholat faqoth, ada beberapa hal yang harus diperhatikan diantaranya: pertama, kamaluth thoharoh (sempuranya kualitas kesucian). Baik berupa suci badan, suci pakaian, atau suci tempat kita sholat seperti masjid atau musholla. Kenapa thoharoh harus sempurna? Kanjeng Nabi bersabda: athoharotu miftaahus sholat, bersuci bisa menjadi kunci diterimanya ibadah sholat kita. Yang kedua, fi’lus sholati fi awwali waqtiha, sholat diawal waktu. Supaya tingkatan sholat kita mampu benar-benar pada tingkatan iqomatus sholat (menegakkan sholat), tidak hanya sekadar menjalankan sholat, maka yang harus diperhatikan adalah kerjakan shokat diawal waktu. Kenapa harus shokat diawal waktu? Baginda Nabi ditanya para Sahabat: Ya Rosulalloh, ayyul a’mali ahabbu ilaLloh? Wahai Rosul, amal apa yang paling dicintai oleh Alloh? Baginda Nabi menjawab: Ash-shokatu fii awwali waqtiha, sholat yang dikerjakan diawal waktu. Jangan sampai sholat Dzhur harusnya dikerjakan jam 12 dikerjakan jam setengah 3, atau sholat shubuh harusnya dikerjakan jam setengah 5 dikerjakan jam setengah 7 nyambung sholah Dhuha. Imam Adz-Dzahabi menukil dari Imam Ibnu ‘Abbas terkait ayat Fawailul Lil-Mushillin, maka Neraka Wail ancaman bagi orang yang sholat. Masya Alloh, yang sholat saja diancam neraka. Maksudnya bagaimana? Alladziina Hum ‘An Sholaatihim Saahuun. Yaitu mereka yang sholat, tapi lupa tidak mengindahkan waktu-waktu sholat. Yang ketiga, khusnul khusyu’-i fiiha, membangunkan kualitas khusyu’ kita didalam sholat. Caranya adalah Hudlurul Qolbi (hadirkan hati saat sholat).
Terakhir adalah wa muhafadzotus sholati bil jama’ah. Kita kerjakan sholat berjama’ah.” Katanya.
Menurut KH. Jamaludidin Kafi, Kesimpulan dari Mau’idzoh Hasanah tentang Isra’ Mi’raj ini adalah bahwa Isra’-Mi’raj adalah gambaran tentang perjalanan kehidupan manusia seutuhnya, hanya saja yang menjadi contoh harus Kanjeng Nabi Muhammad Saw. Isra’ Mi’raj adalah simbol perjalanan, baik rihlah ardliyah maupun rihlah samawiyah (perjalanan bumi dan langit), akhirnya orang-orang yang baik adalah mereka yang sanggup menjalin hubungan baiknya dengan sesama makhluk yang ada di Bumi, maupun hubungan baik dengan dzat yang ada di langit, yaitu Alloh Swt.
Terkahir, beliau memberikan Tips menarik ikhtiyar kita dalam rangka agar dianugerahi Waladun Sholih (Anak yang Sholeh).
Dalam keterangan kitab Makarimil Akhlak, kata Al-Mukarrom KH. Jamaluddin Kafi ada tradisi Ulama Salafus Sholeh agar dianugerahi Alloh memiliki anak-anak yang Sholeh, para Ulama kalau malam selalu sholat Hajat empat roka’at dua salam. Dan yang dibaca dalam setiap roka’at nya adalah ayat-ayat pilihan.
Roka’at pertama setelah baca surat Al-Fatihah membaca Surat Ibrahim Ayat 37:
رَّبَّنَآ إِنِّىٓ أَسْكَنتُ مِن ذُرِّيَّتِى بِوَادٍ غَيْرِ ذِى زَرْعٍ عِندَ بَيْتِكَ ٱلْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ فَٱجْعَلْ أَفْـِٔدَةً مِّنَ ٱلنَّاسِ تَهْوِىٓ إِلَيْهِمْ وَٱرْزُقْهُم مِّنَ ٱلثَّمَرَٰتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ
Artinya: “Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.” (Surat Ibrahim Ayat 37)
Roka’at kedua setelah baca surat Al-Fatihah membaca Surat Al-Furqon Ayat 74:
وَالَّذِيْنَ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ اَزْوَاجِنَا وَذُرِّيّٰتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَّاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَامًا
Artinya: “Dan orang orang yang berkata: “Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (Q.S. Al-Furqon Ayat 74)
Setelah salam dua roka’at pertama, naik lagi untuk Sholat Hajat.
Roka’at ketiga setelah baca surat Al-Fatihah membaca Surat Al-Anbiya ayat 87:
رَبِّ اَوْزِعْنِيْٓ اَنْ اَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِيْٓ اَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلٰى وَالِدَيَّ وَاَنْ اَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضٰىهُ وَاَصْلِحْ لِيْ فِيْ ذُرِّيَّتِيْۗ اِنِّيْ تُبْتُ اِلَيْكَ وَاِنِّيْ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ
Artinya: “Wahai Tuhanku, berilah petunjuk agar aku dapat mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku, dapat beramal saleh yang Engkau ridloi, dan berikanlah kesalehan kepadaku hingga kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepada-Mu dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang muslim.” (Q.S. Al-Anbiya Ayat 87)
Roka’at keempat setelah baca surat Al-Fatihah membaca Surat Ibrahim Ayat 40-41:
رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلَاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي ۚ رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ رَبَّنَا اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ
Artinya: “Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang yang tetap melaksanakan salat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku. 41. Ya Tuhan kami, ampunilah aku dan kedua ibu bapakku dan semua orang yang beriman pada hari diadakan perhitungan (hari Kiamat).” (Q.S. Ibrahim Ayat 40-41)
Peringatan Isra’-Mi’raj 1445 H ditutup dengan doa yang dibawakan oleh salah satu pengasuh pondok pesantren Darul Ma’arif Kaplongan Indry, Kyai Sanuri, S.Pd.
Semoga bermanfaat. Wallohu a’lam.