darulmaarif.net – Indramayu, 16 Mei 2024 | 10.00 WIB
Kehidupan di dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang bersifat sementara. Kesenangan yang dirasakan di dunia ini baik berupa makanan, minuman, pakaian, perhiasan, pangkat, kedudukan, prestise dan sebagainya, pada umumnya itu semua bersifat sementara. Disangkanya itulah kebahagiaan abadi, padahal manusia yang larut dalam kesenangan sementara akan mudah dikecewakan oleh musibah yang datang kemudian. Maka, nikmatilah kesenangan Itu dengan memperbanyak rasa syukur, dan saat tiba ujian hidup menimpa, bersabarlah sampai Alloh Swt meningkatkan kualitas derajat keimanan kita dihadapan-Nya.
يوم السرور قصيرة
Artinya: “Hari-hari yang penuh kesenangan itu pendek masanya.”
يستبدل بالشكو شكرا، وبالجزع صبرا
Artinya: “Ubahlah keluh kesah dengan syukur, dan ketakutan dengan sabar.”
Pernyataan pertama, “يوم السرور قصيرة” atau “Hari-hari yang penuh kesenangan itu pendek masanya,” menyiratkan bahwa momen-momen kebahagiaan dalam hidup seringkali terasa singkat dan cepat berlalu. Ini mengingatkan kita untuk menghargai setiap momen bahagia yang kita miliki, karena waktu itu tidak akan bertahan selamanya.
Pernyataan kedua, “يستبدل بالشكو شكرا، وبالجزع صبرا” atau “Ubahlah keluh kesah dengan syukur, dan ketakutan dengan sabar,” mengajak kita untuk mengubah sikap negatif seperti keluhan dan ketakutan menjadi sikap positif seperti syukur dan kesabaran. Ini menunjukkan pentingnya memiliki sikap yang baik dalam menghadapi tantangan hidup.
Dalam Islam, sikap syukur dan kesabaran sangat ditekankan.
وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ
Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti adzab-Ku sangat berat.” (QS. Ibrahim Ayat 7)
Dari Shuhaib, beliau berkata bahwa Rosululloh Saw bersabda:
عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
Artinya: “Sungguh menakjubkan keadaan seorang mu’min. Seluruh urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada diri seorang mu’min. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” (HR. Imam Muslim)
Hal ini menekankan betapa pentingnya sikap bersyukur dan sabar dalam menjalani kehidupan.
Dalam konteks sehari-hari, seseorang yang mungkin mengalami kesulitan keuangan dapat memilih untuk mengubah keluh kesahnya menjadi sikap syukur atas apa yang sudah dimilikinya, seperti kesehatan atau kebahagiaan bersama keluarga. Begitu pula dengan seseorang yang merasa takut akan masa depan, dia dapat berusaha mengubah ketakutannya menjadi kesabaran untuk menghadapi apapun kejadian yang akan datang.
Dalam konteks hubungan sosial, seseorang yang merasa kesal terhadap orang lain karena perilaku mereka dapat mengubah keluh kesahnya menjadi sikap syukur atas kebaikan yang orang tersebut telah tunjukkan sebelumnya. Begitu pula, seseorang yang merasa takut akan perubahan dalam hubungan interpersonal mereka dapat mengubah ketakutannya menjadi kesabaran untuk berkomunikasi dan beradaptasi.
Dengan demikian, kedua pernyataan tersebut menyoroti pentingnya sikap mental yang positif dalam menghadapi kehidupan, baik dalam konteks agama maupun kehidupan sehari-hari. Dengan mengubah keluh kesah menjadi syukur, dan ketakutan menjadi kesabaran, seseorang dapat memperoleh kedamaian dan kebahagiaan dalam hidup mereka.
Semoga bermanfaat. Wallohu a’lam.