Muslim Wajib Tahu! Bahaya Terbesar Sedang Mengintai Kehidupan Umat Islam

darulmaarif.net – Indramayu, 06 Desember 2022 | 11.30 WIB

Tahukah engkau apa itu bahaya terbesar? Atau pernahkah engkau bayangkan hal ini sekali saja?

Bahaya yang dimaksud bukanlah musuh yang tanpa gentar menyerang dan menjajah rumah-rumahmu, bukan pula kelompok yang menghancurkan kekuatan dan memporak-porandakan barisan, bukan pula senjata-senjata pemusnah massal yang canggih, bukan juga bencana kelaparan yang mengerikan yang mengancam separuh belahan dunia karena berkurangnya tingkat produksi pangan dibandingkan peningkatan jumlah penduduk bumi.

Akan tetapi, bahaya terbesar yang mengintai adalah sesuatu yang jauh lebih mengerikan dari ini semua!

Ia adalah sesuatu yang memungkinkan musuh untuk menyusup ke dalam rumah-rumah. Ia adalah sesuatu yang menyiapkan senjata-senjata peledak dan bahan bakar untuk menyalakan sumbunya. Ia adalah sesuatu yang menjadi sebab timbulnya permusuhan dan perpecahan serta menghancurkan persatuan an jiwa saling tolong menolong dalam tubuh umat Islam. Ia benar-benar musuh terbesar kita, yaitu hawa nafsu yang ada dalam diri kita.

Jiwa manusia yang tidak beriringan dengan amal sholeh dalam perjalanannya menapaki jalur yang telah ditetapkan oleh ajaran Islam yang benar adalah bahaya terbesar yang mengintai kaum Muslimin saat ini tanpa ada keraguan sedikitpun. Hal ini karena substansi Islam tidak lain adalah pendidikan dan penggemblengan hawa nafsu agar menanggalkan segala bentuk keegoisan, kesombongan, ketamakan, dan keterikatan dengan segala bentuk perhiasan dunia dan masuk kedalam mihrob penghambaan diri kepada Alloh Swt dengan sukarela meski pada awalnya ia lakukan dengan terpaksa.

يَا اَيُّهَا الَّذِينَ اَمَنُوا ادْخُلُوا فِى السِّلْمِ كآفَّةً.

“Hai orang-orang yang beriman. Masuklah kalian kedalam Islam (kedamaian) secara total.” (Q.s Al-Baqoroh: 208)

Imam Fakhruddin ar-Razi, penafsir besar, mengatakan dalam tafsirnya:

الآية إشكال ، وهو أن كثيرا من المفسرين حملوا السلم على الإسلام ، فيصير تقدير الآية : يا أيها الذين آمنوا ادخلوا في الإسلام ، والإيمان هو الإسلام ، ومعلوم أن ذلك غير جائز ، ولأجل هذا السؤال ذكر المفسرون وجوها في تأويل هذه الآية

Beliau memaknai kata “as-Silmi” sebagai “as-Sulh” (damai) dan “tarkul muharobah” (meninggalkan/menghentikan perang).

Maka, jika begitu, ayat itu bermakna:
“Hai orang-orang yang beriman. Masuklah/bergabunglah ke dalam proses perdamaian secara total, dan tinggalkan/hentikan perang.”

Baginda Nabi Muhammad Saw telah memperingatkan bahaya terbesar ini saat beliau bersabda:

عَنْ ثَوْبَانَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يُوشِكُ الأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا فَقَالَ قَائِلٌ وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ قَالَ بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ وَلَيَنْزِعَنَّ اللَّهُ مِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمُ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ وَلَيَقْذِفَنَّ اللَّهُ فِى قُلُوبِكُمُ الْوَهَنَ. فَقَالَ قَائِلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الْوَهَنُ؟ قَالَ: حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ. (رواه أبو داود)

Dari sahabat Tsauban, ia berkata bahwa Rasulullah Saw telah bersabda: “Hampir datang masanya umat-umat lain berkumpul untuk “memangsa” kalian seperti orang-orang yang berkumpul dihadapan sebuah hidangan.” Para sahabat bertanya: “apa saat itu jumlah kita sedikit?” Beliau menjawab: “bahkan saat itu jumlah kalian sangat banyak, akan tetapi kalian seperti buih yang terbawa bajir. Alloh akan cabut rasa takut dari dada musuh kalian, dan Alloh sungguh akan angkat wibawa kalian dari hati para musuh dan akan tertanam dalam hati kalian penyakit wahn.” Para sahabat bertanya: “Ya Rasululloh apa itu wahn?” beliau menjawab: “Kecintaan pada dunia dan benci pada kematian.” (HR. Abu Daud)

Dampak terbesar yang ditimbulkan dari bahaya ini (hawa nafsu), adalah robohnya pondasi masyarakat yang Islami, hilangnya eksistensi kaum Muslimin, tercerai berainya urusan mereka dan gerakan-gerakan keislaman bergeser menjadi sekadar jargon dan gerakan-gerakan dangkal yang mandul, tidak membuahkan hasil sama sekali. Hujjatut Da’wah Islamiyyah hanya permainan hiperbola akrobatik kata-kata yang tidak menyentuh lubuk sanubari umat manusia.

Obat Dan Jalan Keluarnya

Tahukah engkau dimana letak masalahnya? Yakinkah engkau bahwa penyakit ini benar-benar ada? Pertanyaan ini menjadi penting sebab kesadaran terhadap masalah merupakan sebagian dari solusi, dan keyakinan terhadap keberadaan suatu penyakit merupakan sebagian dari proses penyembuhan itu sendiri.

Solusinya adalah dengan sama-sama menyadari identitas kita sesungguhnya dalam kehidupan ini, tugas yang kita emban dan harus kita jalankan, dan kita terus-menerus mengingat hal ini setiap kali kita lalai.

Identitas kita sesungguhnya hanya hamba Alloh Swt, dibawah kekuasaan-Nya, didalam genggaman-Nya seluruh apa yang kita lakukan, kepada-Nya tempat kita kembali, dan hidup mati kita dalah milik-Nya. Setiap kali kita sholat, kita selalu mengucapkan janji dalam doa iftitah:

اِنَّ صَلَاتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ لِلهِ رَبِّ الْعَا لَمِيْنَ.

“Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidup dan matiku hanya untuk Alloh semata.”

Jika seorang mu’min terus mengingat hakikat ini dan terus berada dalam keadaan eling dan waspada atau paling tidak ia cepat kembali ingat akan hal ini saat ia mulai terlena oleh dunia, maka hatinya akan terbebas dari segala hal selainnya, tidak lagi terikat dengan harta, jabatan, pujian, bangga diri, dan kesombongan.

Obat dan solusi dari bahaya hawa nafsu adalah dengan kita terus mengingat identitas asli kita, mengetahui tugas yang Alloh berikan kepada kita, dan kita jadikan dunia wa maa fiiha hanya sebagai sarana untuk mewujudkan tujuan itu.

Itulah hakikat penghambaan diri kita kepada Alloh, itulah derajat tinggi yang dicapai orang-orang yang bersungguh-sungguh dan kedudukan orang-orang yang ikhlas. Adapun bagi orang-orang awam, mereka rancu antara hakikat penghambaan dengan ibadah-ibadah formal hingga mereka merasa cukup hanya dengan bentuk lahiriah ibadah tanpa menziarahi diri sendiri tentang pentingnya hakikat penghambaan kita kepada Alloh.

Cara pengobatan penyakit ini

Setelah kita tahu masalah dan solusinya, tahu obat dari bahaya terbesar penyakit al-wahn (cinta dunia dan takut mati), maka kita juga perlu untuk mengetahui cara menggunakannya. Bagaimana cara menjadi hamba sejati tanpa diperbudak harta, jabatan, kedudukan, kepentingan pribadi, atau penyakit-penyakit hati seperti egoisme, kesombongan, ketamakan, dan lain sebagainya.

Tidak bisa disangkal bahwa jalan menuju itu semua bukanlah jalan yang mudah, jalan yang akan kita tempuh adalah jalan terjal penuh onak duri-duri kehidupan. Alloh Swt berfirman:

وَجَٰهِدُوا۟ فِى ٱللَّهِ حَقَّ جِهَادِهِۦ ۚ هُوَ ٱجْتَبَىٰكُمْ (٧٨) ( الحج)

“Dan berjihadlah (curahkan segala kemampuan dan totalitas diri kamu) pada jalan Alloh dengan jihad yang sebanar-benarnya. Dia telah memilih kamu.” (Q.s Al-Hajj ayat 78)

Dalam ayat lain Alloh ‘Azza Wa Jalla juga berfirman:

وَٱلَّذِينَ جَٰهَدُوا۟ فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا ۚ وَإِنَّ ٱللَّهَ لَمَعَ ٱلْمُحْسِنِينَ

“Dan orang-orang yang berjihad pada Kami, maka pasti kami benar-benar menunjuki mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Alloh benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (Q.s Al-‘Ankabut ayat 69)

Dalam kitab Bathinul ‘Itsmi al-Khothorul Akbar fii hayatil Muslimin karangan as-Syahid Syekh Dr. Muhammad Ramadhan al-Bouthy, ada empat obat dan solusi dari bahaya penyakit yang mengintai kaum Muslimin.

Pertama, merenungkan mengenai dirinya dan tempat kembalinya kelak, pengawasan Alloh Swt kepadanya, dan menyadarkan akalnya mengenai hal ini tiap kali ia berada dalam kelalaian. Berpikir atau merenung adlaah gerakan akal yang tanpanya maka akal menjadi tidak berguna. Aktivitas berpikir jugalah yang membebaskan akal dari jerat hawa nafsu yang mana tanpa proses berpikir tidak akan jelas bagi manusia perbedaan antara petunjuk akal dan dorongan hawa nafsu. Dalam banyak ayat, Alloh Swt menutup firman-Nya dengan ucapan: “La’allakum Tatafakkarun”, “A Fa Laa Tatafakkarun?”, “A Fa Laa Ta’qilun?”.

Gunakanlah satu kesempatan dalam satu waktu untuk menciptakan momentum kholwat (menyendiri), menarik diri dari kerumuman secara teratur dan kontinyu. Pada waktu tersebut, ajaklah diri kita untuk berdialog dengan akal yang bebas mengenai tempat kembalinya nanti dan hakikat dari semua kebisingan dan segala hal yang ada di sekeliling kita, dibantu bacaan al-Qur’an, hadist-hadits Nabi, nasihat-nasihat para Ulama dan Sholihin, serta tidak lupa untuk berpikir dan berdzikir secara kontinyu dengan memoerbanyak duduk dengan majlis ilmu, membersamai para Ulama dan orang-orang Soleh. Tinggalkan perkumpulan-perkumpulan yang dapat melalaikan, serta condong kepada orang-orang yang lalai dari mengingat Alloh Swt.

Kedua, membiasakan diri dengan membaca serangkaian wirid secara mudawwamah (berkesinambungan) berupa tadarrus al-Qur’an, diikuti dengan bacaan sholawat, tasbih, tahmid, tahlil, istighfar, dan bacaan-nacaan wirid lainnya.

Ketiga, memperbanyak doa dan permohonan serta tawadlu’ (merendahkan diri) di hadapan Alloh Swt. Obat tersebut termasuk ibadah yang sangat penting, bahkan ia adalah inti dari ibadah. Ia adalah bentuk penghambaan yang paling tinggi derajat kedekatannya dengan Alloh Swt. Alloh Swt berfirman:

(أُدْعُوْا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ (الأعراف:٥٥

“Berdoalah kepada Tuhanmu dengan merendahkan diri dan rasa takut, sesungguhnya Ia (Alloh) tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (Q.s Al-A’rof ayat 55)

Sesungguhnya manusia akan merasakan pentingnya berdoa serta menundukkan diri di hadapan Alloh disaat ia merasa memiliki kebutuhan yang sangat mendesak kepada-Nya, juga tak ada tempat berhadapan kecuali hanya kepada-Nya. Pada saat itu, ia akan berdoa dengan hati yang penuh kesungguhan dan kesadaran penuh seraya merendahkan diri di hadapan-Nya.

Keempat, obat keempat ini merupakan obat yang silbi, yaitu menghindari memakan seuatu yang haram. Karena jasad yang tumbuh dari memakan harta yang haram biasanya akan tumbuh bersamanya nafsu yang terus mengajak kepada penyimpangan dan pelanggaran dari hukum-hukum Alloh Swt, menjadikan hati gelap dan keras. Orang-orang yang terbiasa memakan sesuatu yang haram, menjadi darah dagingnya, meskipun secara zahir lahiriah tampak terlihat saleh, namun didalam batinnya terkumpul penyakit-penyakit yang sangat berbahaya. Harta yang haram bermula dari memakan harta orang lain tanpa ridlo darinya, kemudian berkembang menjadi berbagai bentuk yang berbeda-beda sampai akhirnya ia terjerumus dalam perkara syubhat yang lebih mendekati keharaman. Memakan harta haram memiliki dampak yang sangat serius sekaligus berbahaya bagi kehidupan seorang Muslim.

Empat obat dan solusi ini, menurut as-Syahid Syekh Dr. Sa’id Ramadhan al-Bouthy adalah cara yang harus ditempuh untuk memperbaiki keadaan hati dan kembali mensucikannya dari penyakit-penyakit yang samar (Dosa Batin yang Tersembunyi), dan dari bahaya terbesar yang tengah mengintai umat Islam di dunia ini.

Semoga bermanfaat. Wallohu a’lam.