Muslim Harus Tahu! Ini Penjelasan Asal-Usul Puasa Ayyamul Bidh

darulmaarif.net – Indramayu, 06 Maret 2023 | 08.00 WIB

Puasa tengah bulan sering disebut sebagai puasa ayyaamul bidh, yaitu puasa pada hari ke 13, 14 dan 15 setiap bulan dalam kalender qomariyah (hijriyah), baik bulan tersebut berumur 29 hari atau 30 hari. Imam Bukhori menulis sebuah bab di dalam Kitab shohihnya dengan judul: “puasa hari-hari bidl (hari putih/purnama)”, yaitu hari ke 13, 14 dan 15).

Puasa ini hukumnya adalah sunnah untuk dibiasakan setiap bulan. Dasarnya adalah hadits-hadits yang diriwayatkan dari Rasulullah Saw. Diantaranya adalah sebagai berikut : Diriwayatkan dari Sahabat Abu Hurairoh radliallohu ‘anhu bahwa beliau berkata:

أَوْصَانِى خَلِيلِى بِثَلاَثٍ لاَ أَدَعُهُنَّ حَتَّى أَمُوتَ صَوْمِ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ ، وَصَلاَةِ الضُّحَى ، وَنَوْمٍ عَلَى وِتْرٍ

Artinya: “Kekasihku, yaitu Rasululloh Saw memberikan wasiat kepadaku dengan tiga hal, yaitu: berpuasa tiga hari setiap bulan, melakukan sholat dua roka’at dluha dan melaksanakan sholat witir sebelum tidur”. (H.R (Bukhari, VII, hal 98, hadits no. 1845 dan Muslim, IV, hal. 48, no. 1182)

Barang siapa yang menjalankan puasa tiga hari ayyamul bidh, maka sama dengan puasa selama sebulan. Sedangkan jika dilakukan setiap bulan, maka sama dengan puasa selama setahun penuh. Demikian sebagaimana yang kami pahami dalam riwayat di bawah ini:

وَإِنَّ بِحَسْبِكَ أَنْ تَصُومَ كُلَّ شَهْرٍ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ فإن لك بِكُلِّ حَسَنَةٍ عَشْرَ أَمْثَالِهَا فإن ذلك صِيَامُ الدَّهْرِ كُلِّهِ

Artinya: “Sungguh, cukup bagimu berpuasa selama tiga hari dalam setiap bulan, sebab kamu akan menerima sepuluh kali lipat pada setiap kebaikan yang kau lakukan. Karena itu, maka puasa ayyamul bidh sama dengan berpuasa setahun penuh,” (H.R Imam Bukhari dan Muslim).

Menurut keterangan yang terdapat dalam kitab ‘Umdatul Qori’ Syarh Shohihil Bukhori dijelaskan bahwa, sebab dinamai ayyamul bidh terkait dengan kisah Nabi Adam ‘alaihis salam ketika diturunkan ke muka bumi. Riwayat Ibnu Abbas mengatakan, ketika Nabi Adam ‘alaihis salam diturunkan ke muka bumi seluruh tubuhnya terbakar oleh matahari sehingga menjadi hitam/gosong. Kemudian Alloh memberikan wahyu kepadanya untuk berpuasa selama tiga hari (tanggal 13, 14, 15). Ketika berpuasa pada hari pertama, sepertiga badannya menjadi putih. Puasa hari kedua, sepertiganya lagi menjadi putih. Puasa hari ketiga, sepertiga sisanya menjadi putih.

ثُمَّ سَبَبُ التَّسْمِيَةِ بِأَيَّامِ الْبِيضِ مَا رُوِيَ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّهُ قَالَ إِنَّمَا سُمِيَتْ بِأَيَّامِ الْبِيضِ لِأَنَّ آدَمَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ لَمَّا أُهْبِطَ إِلَى الْأَرْضِ أَحْرَقَتْهُ الشَّمْسُ فَاسْوَدَّ فَأَوْحَى اللهُ تَعَالَى إِلَيْهِ أَنْ صُمْ أَيَّامَ الْبِيضِ فَصَامَ أَوَّلَ يَوْمٍ فَأبْيَضَّ ثُلُثُ جَسَدِهِ فَلَمَّا صَامَ الْيَوْمَ الثَّانِيَّ اِبْيَضَّ ثُلُثُ جَسَدِهِ فَلَمَّا صَامَ الْيَوْمَ الثَّالِثَ اِبْيَضَّ جَسَدُهُ كُلُّهُ

Artinya: “Sebab dinamai ‘ayyamul bidh’ adalah riwayat Ibnu Abbas r.a, dinamai ayyamul bidh karena ketika Nabi Adam A.s diturunkan ke muka bumi, matahari membakarknya sehingga tubuhnya menjadi hitam. Alloh Swt kemudian mewahyukan kepadanya untuk berpuasa pada ayyamul bidh (hari-hari putih); ‘Berpuasalah engkau pada hari-hari putih (ayyamul bidh)’. Kemudian Nabi Adam A.s pun melakukan puasa pada hari pertama, maka sepertiga anggota tubuhnya menjadi putih. Ketika beliau melakukan puasa pada hari kedua, sepertiga anggota yang lain menjadi putih. Dan pada hari ketiga, sisa sepertiga anggota badannya yang lain menjadi putih.”

Pendapat lain menyatakan bahwa dinamai ayyamul bidh karena malam-malam tersebut terang benderang disinari rembulan, dan rembulan selalu menyinari bumi sejak matahari terbenam sampai terbit kembali. Karenanya, pada hari-hari itu malam dan siang seluruhnya menjadi putih (terang).

وَقِيلَ سُمِّيَتْ بِذَلِكَ لِأَنَّ لَيَالِي أَيَّامِ الْبِيضِ مُقْمِرةٌ وَلَمْ يَزَلِ الْقَمَرُ مِنْ غُرُوبِ الشَّمْسِ إِلَى طُلَوعِهَا فِي الدُّنْيَا فَتَصِيُر اللَّيَالِي وَالْأَيَّامُ كُلُّهَا بِيضًا

Artinya: “Pendapat lain menyatakan, hari itu dinamai ayyamul bidh karena malam-malam tersebut terang benderang oleh rembulan dan rembulan selalu menampakkan wajahnya mulai matahari tenggelam sampai terbit kembali di bumi. Karenanya malam dan siang pada saat itu menjadi putih (terang),” (Lihat Badruddin Al-‘Aini Al-Hanafi, ‘Umdatul Qori’ Syarh Shohihil Bukhori, juz XVII, halaman 80).

Demikian asal-usul puasa ayyamul bidh yang perlu kita ketahui dalilnya. Adapun puasa ayyallmul bidh pada hari tasyriq (13 Dzulhijjah) hukumnya tetap haram.

Semoga bermanfaat. Wallohu a’lam.