Mengapa Isra’-Mi’raj dilakukan Malam Hari? Ini Sebabnya!

darulmaarif.net – Indramayu, 06 Februari 2024 | 21.00 WIB

Isra’-Mi’raj merupakan peristiwa luar biasa dalam sejarah Islam yang menggambarkan perjalanan spiritual dan keagungan Baginda Nabi Muhammad Saw. Peristiwa ini terbagi menjadi dua bagian: Isra’ dan Mi’raj. Isra’ yaitu perjalanan malam Nabi Muhammad dari Masjidil Haram di Mekah ke Masjidil Aqsho di Baitul Maqdis Yerusalem Palestina, dan Mi’raj, yaitu perjalanan naiknya Nabi Muhammad dari Masjidil Aqsho ke langit ketujuh hingga sidrotul Muntaha dan menemui dzat Alloh disana.

Sebagaimana umat Islam ketahui dan imani, Isra’-Mi’raj terjadi pada malam hari. Perjalanan agung Baginda Nabi Muhammad saw itu juga-menurut para ahli sejarah dan ulama tafsir-terjadi pada 27 Rajab.

Perlu diketahui bahwa penjelasan Isra dan mi‘raj terjadi pada malam hari, dapat kita lihat dari firman Alloh swt dalam Surat Al-Isra’ Ayat 1 sebagai berikut:

سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

Artinya: “Maha Suci Alloh yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsho yang telah Kami berkati sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sungguh Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. Al-Isra’ Ayat 1)

Al-Qurthubi (w. 671 H), salah seorang Mufassir berkebangsaan Cordova (Spanyol), menjelaskan lafadz asra bi ‘abdihi (yang telah menjalankan hamba-Nya).

Lafadz asra memiliki kata sifat yaitu isra’. Meskipun artinya sama-sama perjalanan di malam hari, namun dalam penggunaannya, ada perbedaan antara lafadz asra (أسرى) dan sara (سرى).

أَسْرَى سَارَ مِنْ أَوَّلِ اللَّيْلِ، وَسَرَى سَارَ مِنْ آخِرِهِ، وَالْأَوَّلُ أَعْرَفُ

Artinya: “Asra (أسرى) merupakan perjalanan yang dimulai sejak awal malam. Sementara sara (سرى) merupakan perjalanan yang di mulai di akhir malam. Adapun yang populer di masyarakat adalah penggunaan pertama.

Imam Al-Hafizh Jalaluddin Assuyuthi dalam Kitab Al Isra’ wal Mi’raj halaman 41, beliau menulis beberapa sebab mengapa Baginda Nabi diperjalankan dalam Isra’-Mi’raj pada malam hari.

قال ابن المنير إنما كان الاسراء ليلا لأنه وقت الخلوة والاختصاص عرفا ولأنه وقت الصلاة التي كانت مفروضة عليه في قوله تعالى قم الليل وليكون أبلغ للمؤمن في الايمان بالغيب وفتنة للكافر ولأن الليل محل الاجتماع بالأحباب

Artinya: “Imam Ibnu Munir berpendapat: ‘Sesungguhnya terjadinya isra pada malam hari dikarenakan biasanya malam adalah waktu kholwat dan waktu pengkhususan, dan dikarenakan waktu malam adalah waktu sholat yang difardlukan kepada beliau dalam Firman-Nya:

قُمِ اللَّيْلَ إِلاَّ قَلِيْلاً

“Bangunlah (untuk sholat) di malam hari, kecuali sedikit (Surat Al-Muzammil Ayat 2)

Dan agar menjadi lebih sangat untuk orang mukmin didalam mengimani perkara ghaib dan menjadi fitnah untuk orang kafir. Dan karena malam adalah waktu berkumpulnya para kekasih’.”

قال ابن دحية ولإبطال قول الفلاسفة إن الظلمة من شأنها الاهانة والشر وكيف يقولون ذلك مع أن الله تعالى أكرم أقواما في الليل بأنواع الكرامات كقوله في قصة ابراهيم فلما جنّ عليه الليل وفي لوط فأسر بأهلك بقطع من الليل وفي موسى وواعدنا موسى ثلاثين ليلة وناجاه ليلا وأمره بإخراج قومه ليلا في قوله فأسر بعبادي ليلا

Artinya: “Ibnu Dahyah berkata: dan untuk menolak pendapat filosof yang mengatakan bahwa malam termasuk keadaannya adalah kehinaan dan keburukan, bagaimana mereka bisa berkata seperti itu padahal sesungguhnya Alloh Ta’ala telah memuliakan beberapa kaum di malam hari dengan beberapa kemuliaan sebagaimana firman-Nya dalam kisah Nabi Ibrahim : “Ketika malam telah gelap “. [Al an’am 76], dan dalam kisahnya Nabi luth: “Maka pergilah kamu di akhir malam dengan membawa keluargamu “. [Al hijr 65], dalam kisahnya Nabi Musa : “Dan telah Kami janjikan kepada Musa (memberikan Kitab Taurat) sesudah berlalu waktu tiga puluh malam “. [Al-A’raf Ayat 142]. Alloh menyelamatkan Nabi Musa As di malam hari dan mengeluarkan kaumnya di malam hari dalam firman-Nya : “Maka berjalanlah kamu dengan membawa hamba-hamba-Ku pada malam hari”. Ad dukhon 23.

Demikian penjelasan mengapa Peristiwa Isra’-Mi’raj terjadi pada malam hari. Isra’-Mi’raj menjadi bukti keajaiban dan keagungan Islam serta menjadi inspirasi bagi umat Muslim untuk menjalani kehidupan dengan penuh keimanan, ketakwaan, dan ketaatan kepada Alloh Swt serta Rasululloh Muhammad Saw. Semoga kita semua bisa mengambil pelajaran dan hikmah yang terkandung dalam peristiwa Isra-Mi’raj dalam kehidupan sehari-hari kita. Amiin.

Semoga bermanfaat. Wallohu A’lam.