darulmaarif.net – Indramayu, 03 Oktober 2023 | 08.00 WIB

Perundungan atau bullying saat ini dirasakan sangat marak terjadi. Di sekolah, kantor, dimanapun tempatnya, kasus perundungan mudah kita temui. Tak ketinggalan, lembaga pendidikan pun ikut menjadi tempat perundungan untuk orang-orang yang dinilai bertingkah laku yang tak sesuai dengan norma masyarakat.
Semakin sering perundungan ini terjadi, masyarakat pun menjadi terbiasa untuk ikut serta mengomentarinya dengan kata-kata sinis tanpa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.
Menurut pemaparan FSGI, pada Bulan Januari sampai Juli 2023, tercatat terdapat 16 kasus bullying terjadi di tiga jenjang sekolah, SD, SMP, dan SMA dan sekolah setingkat. Kasus bullying pada jenjang pendidikan SD terjadi sebesar 25 persen, SMP 25 persen, MTs 6,25 persen, SMA 18,75 persen, pondok pesantren 6,25 persen, dan SMK 18,75 persen.
Agama Islam telah melarang perundungan dalam bentuk apapun. Al-Qur’an menyebutkan larangan ini dalam surat al-Hujurat ayat 11:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّنْ قَوْمٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُوْنُوْا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاۤءٌ مِّنْ نِّسَاۤءٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّۚ وَلَا تَلْمِزُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوْا بِالْاَلْقَابِۗ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوْقُ بَعْدَ الْاِيْمَانِۚ وَمَنْ لَّمْ يَتُبْ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ الحجرات ١١
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barangsiapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (Al-Hujurat ayat 11)
Ada sejumlah riwayat mengenai sebab turunnya ayat ini. Mari kita kutip sebagian dari Tafsir al-Maraghi:
روى أن الآية نزلت فى وفد تميم إذ كانوا يستهزئون بفقراء أصحاب النبي صلّى الله عليه وسلّم كعمار وصهيب وبلال وخبّاب وابن فهيرة وسلمان الفارسي وسالم مولى أبى حذيفة فى آخرين غيرهم لما رأوا من رثاثة حالهم. وروى أنها نزلت فى صفيّة بنت حيىّ بن أخطب رضى الله عنها: أتت رسول الله صلى الله عليه وسلّم فقالت: «إن النساء يقلن لى: يا يهودية بنت يهوديين، فقال لها: هلّا قلت: أبى هارون، وعمى موسى، وزوجى محمد»
“Diriwayatkan bahwa ayat ini turun berkenaan dengan ejekan yang dilakukan kelompok dari Bani Tamim terhadap para sahabat Rasul yang miskin seperti Bilal, Shuhaib, Salman al-Faris, Salim Maula Abi Huzaifah, dll. Riwayat lainnya menyebutkan bahwa ayat ini berkenaan dengan ejekan sebagian perempuan kepada Shafiyah binti Huyay bin Akhtab (salah seorang istri Nabi) yang keturunan Yahudi. Nabi kemudian berkata kepada Shafiyah: “mengapa tidak kamu katakan kepada mereka bahwa bapakku Nabi Harun, pamanku Nabi Musa dan suamiku Nabi Muhammad?!”
Dalam Tafsir Ibn ‘Asyur menceritakan kisah yang lain lagi:
وروى الواحدي عن ابن عباس أن سبب نزولها : «أن ثابت بن قيس بن شمَّاس كان في سمعه وَقْر وكان إذا أتى مجلس النبي صلى الله عليه وسلم يقول : أوسِعوا له ليجلس إلى جنبه فيسمع ما يقول فجاء يوماً يتخطى رقاب الناس فقال رجل : قد أصبتَ مجلساً فاجلِس . فقال ثابت : مَنْ هذا؟ فقال الرجل : أنا فلان . فقال ثابت : ابنُ فلانة وذكر أمًّا له كان يُعيّر بها في الجاهلية ، فاستحيا الرجل . فأنزل الله هذه الآية»
“Al-Wahidi meriwayatkan dari Ibn Abbas bahwa ayat ini berkenaan dengan Tsabit bin Qais, seorang sahabat Nabi yang terganggu pendengarannya, dan karena itu beliau melangkahi sekian banyak orang di majelis Nabi untuk bisa berdekatan dan mendengar taushiyah Nabi. Tsabit ditegur oleh seseorang, tapi Tsabit balas bertanya: “siapakah ini?” Ketika orang itu menjawab, “saya fulan”, maka Tsabit menyatakan bahwa orang itu anak fulanah yang terkenal memiliki aib pada masa jahiliyah. Maka malulah orang tersebut, dan turunlah ayat ini menegur Tsabit.”
Jelaslah sudah dari beberapa riwayat Asbabun Nuzul diatas, kita tidak boleh menghina atau melecehkan (mem-bully) orang lain karena kemiskinannya, karena keturunan agama tertentu seperti Yahudi, atau karena keluarganya memiliki aib/cela. Pesan Al-Qur’an luar biasa dahsyatnya: “boleh jadi yang kalian olok-olok itu lebih baik dari kalian di sisi Alloh.”
Dalam Islam, bullying adalah perbuatan yang sangat tercela. Bagaimana cara mengatasinya?
Yakinkan anak agar bisa menyelesaikan masalahnya sendiri. Namun, apabila terus-terusan mendapatkan perundungan, kita harus mengajarkan anak untuk melawan. Setidaknya menunjukkan perlawanan secara non-verbal berupa roman muka tegas dan menunjukkan keberanian dalam bersikap.
Memang sulit untuk mendapatkan info dari korban perundungan sehingga dirasakan sulit untuk mendapatkan bukti-buktinya. Namun orangtua bisa memancing anak untuk bercerita tentang kesehariannya di sekolah karena bisa jadi dia takut dan malu untuk bercerita. Korban akan terdiam dan berdampak pada kejiwaannya,. Hal ini akan sangat berbahaya bagi kepribadian sang anak. Oleh karena itu, pepatah mencegah lebih baik daripada mengobati sangat tepat diterapkan dalam kondisi seperti ini.
Islam mengajarkan untuk membalas kejahatan dengan kebaikan. Sebagai salah satu bentuk ikhtiar kita untuk mencegahnya, apabila kita mendengar anak kita mendapatkan perundungan, berikut cara Islam menyikapi bullying atau perundungan.
1. Mengajarkan Kebaikan dan Belas Kasihan: Islam mengajarkan untuk bertindak dengan kebaikan dan belas kasihan terhadap sesama, bahkan kepada mereka yang melakukan kejahatan atau menyakiti kita. Baginda Rosululloh Muhammad Saw bersabda, “Tidaklah seseorang itu sempurna imannya sampai ia mencintai saudaranya apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri.” (Al-Hadits)
2. Menghindari Balas Dendam: Islam mengajarkan untuk tidak membalas kejahatan dengan kejahatan yang sama. Sebaliknya, umat Muslim diajarkan untuk mengampuni dan meredakan konflik dengan kedamaian. Alloh Swt berfirman dalam Al-Qur’an (QS. Al-A’raf: 199), “Berkatalah kepada saudaramu: ‘Damai!’ maka Alloh akan memberikan rahmat-Nya kepada siapa yang mengatakan yang baik.”
3. Mendorong Pelaporan dan Penyelesaian Konflik: Islam mendorong untuk melaporkan tindakan bullying kepada otoritas yang berwenang atau kepada orang yang dapat membantu menyelesaikan konflik secara adil dan damai. Rosululloh Saw bersabda, “Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim yang lain. Dia tidak menzaliminya dan tidak menyerahkannya kepada penzalim.”
4. Menjunjung Keadilan: Islam menekankan pentingnya keadilan dalam setiap tindakan dan keputusan. Tidak ada tempat untuk diskriminasi atau perlakuan tidak adil dalam Islam. Alloh Swt berfirman dalam Al-Qur’an (QS. An-Nisa: 135), “Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Alloh, menjadi saksi dengan adil.”
5. Pendidikan dan Kesadaran: Islam mendorong pendidikan tentang nilai-nilai moral, etika, dan kesadaran sosial. Melalui pendidikan yang benar, umat Muslim diajarkan untuk menjadi pribadi yang bertanggung jawab, peduli, dan memahami dampak dari tindakan mereka terhadap orang lain.
Semoga bermanfaat. Wallohu a’lam.