darulmaarif.net – Indramayu, 25 September 2023 | 08.00 WIB

Santri adalah sebutan bagi seseorang yang belajar agama Islam, baik di pondok pesantren maupun di luar pondok pesantren. Santri biasanya menetap di pondok pesantren selama masa pendidikannya.
Secara bahasa, santri berasal dari bahasa Jawa, yaitu “santri” yang berarti “murid” atau “pengikut”. Menurut KBBI, santri adalah orang yang mendalami agama Islam.
Secara istilah, santri adalah orang yang belajar agama Islam dengan sungguh-sungguh, baik di pondok pesantren maupun di luar pindok pesantren. Santri biasanya menetap di pondok pesantren selama masa pendidikannya, tetapi ada juga santri yang belajar agama Islam di luar pondok pesantren, seperti di madrasah, sekolah, atau perguruan tinggi.
Pada zaman yang serba praktis ini, dimana setiap orang punya akses tanpa batas untuk belajar dimanapun dan kapanpun melalui saluran internet, tentunya setiap orangtua menginginkan agar anaknya masuk pesantren selain untuk menjauhkan anak dari pergaulan bebas yang semakin marak, para orangtua juga ingin agar anaknya dapat mendalami ilmu agama yang semakin langkah di indonesia.
Untuk itu, orangtua juga harus tau cara jitu membentuk karakter anak agar menjadi santri yang hebat. Dalam kitab Adabul ‘Alim Wal Muta’allim karya Hadrlotus Syekh KH. Hasyim Asy’ari, beliau memaparkan sepuluh cara dalam menuntut ilmu agar menjadi santri yang sukses.
Adab Muta’allim (penuntut ilmu/ santri) terhadap dirinya, terdapat 10 adab, yaitu:
1. Membersihkan diri dari segala kecurangan / kebohongan, dosa, dengki, aqidah yang sesat, akhlak yang tercela, supaya memperoleh ilmu dan mudah menghafalnya, menelaah maksud-maksudnya sedetail mungkin, dan memahaminya secara mendalam.
2. Memperbaiki niat mencari ilmu, yaitu hanya untuk mencari ridho Alloh Swt, mengamalkannya, menghidupkan syariat, sebagai lentera hatinya, mensucikan jiwa, dan sebagai wasilah mendekatkan diri kepada allah swt. dan bukan bertujuan untuk mencari materi duniawi seperti mendapatkan kepemimpinan, jabatan, harta, merendahkan orang lain dan menyombongkan diri.
3. Bersegera mencari ilmu di waktu muda dan seluruh hidupnya. Jangan tertipu dengan impian dan angan-angan. Karena setiap waktu yang berlalu tidak ada gantinya. Berusaha untuk memutuskan semua hal yang menyibukkan dan yang menghalangi dari mencari ilmu dengan mengerahkan segala usaha dan kesungguhan untuk mendapatkannya.
4. Merasa cukup dengan makanan, pakaian yang ada. Karena dengan bersabar dalam kesulitan hidup akan mendapatkan ilmu yang banyak, dan mengalir darinya sumber-sumber hikmah. Imam assyafii berkata : “tidak beruntung orang yang mencari ilmu dengan kesombongan dan kemudahan hidup. Tetapi orang yang mencarinya dengan rendah hati, bersabar dengan kesulitan hidup dan berkhidmad kepada para ulama, dialah yang beruntung.”
5. Membagi waktu malam dan siang dan memanfaatkan sisa waktu hidupnya. Waktu yang paling baik untuk menghafal adalah waktu sahur, untuk membahas waktu pagi, untuk menulis pertengahan siang, untuk mutholah dan mudzakarah waktu malam. Adapun tempat yang paling baik untuk menghafal adalah di kamar, dan setiap tempat yang sunyi dari senda gurau. Tidak baik menghafal di dekat pohon (taman) , sungai, dan suara yang berisik.
6. Tidak banyak makan dan minum. Karena rasa kenyang akan menghalangi seseorang untuk melakukan ibadah karena tubuhnya menjadi berat. Adapun diantara manfaat sedikit makan adalah tubuh yang sehat, melindungi dari penyakit. Karena kebanyakan penyebab penyakit adalah banyak makan dan banyak minum. Tidak dikenal di dalam sejarah hidup para wali, aimmah, ulama sifat banyak makan dan tidak pula terpuji. Karena pujian banyak makan biasanya teruntuk binatang yang tidak berakal dan dikerahkan untuk bekerjaa.
7. Menanamkan sifat waro’ dan berhati-hati dalam segala hal. Hanya memilih makanan, minuman , pakaian dan tempat yang halal dan pada semua yang ia butuhkan. Supaya hatinya bersih dan layak untuk menerima cahaya ilmu. Boleh juga ia menggunakan keringanan-keringanan syariat ketika keadaan menghendaki, karena Alloh Swt menyukai kerinaganannya dilakukan sebagaimana azimahnya dilakukan.
8. Menghindari makanan-makanan yang mengurangi kecerdasan, dan sensitifitas. Seperti jeruk yang kecut, kacang-kacangan, cuka. Begitu juga kebanyakan makan bawang menumpulkan akal, banyak makan makanan yang memberatkan tubuh seperti susu, ikan dan lain sebagianya. Dan menghindari makanan yang membuat lupa khususnya seperti memakan sisa bekas tikus.
9. Sedikit tidur selagi tidak membahayakan tubuh dan akalnya. Tidak tidur lebih dari delapan jam sehari-semalam. Tapi jika ia sanggup tidur lebih sedikit dari itu maka tidak mengapa. Tidak masalah ia melakukan rileksasi (istirahat) ketika tubuh, hati , pikiran, dan matanya sudah terasa berat. Dengan tujuan agar semangat kembali lagi.
10. Menjauhi pergaulan. meninggalkannya patut dilakukan bagi orang yang mencari ilmu. Karena banyak bergaul hanya akan menghilangkan waktu tanpa manfaat. Karena itu kalau ia mencari teman, hendaklah memilih teman yang sholih, faham agama, bertaqwa, wara’, bersih hatinya, banyak berbuat baik dan sedikit berbuat dosa, jika lupa mau mengingatkan dan kalau sudah ingat mau membantu.
Semoga bermanfaat. Wallohu a’lam.