darulmaarif.net – Indramayu, 23 Januari 2024 | 08.00 WIB
Membimbing seseorang untuk mempelajari sesuatu tidak cuma dilakukan untuk anak-anak. Orang dewasa juga perlu dibimbimbing untuk mempelajari sesuatu.
Dalam dunia pendidikan, ilmu mengajar untuk anak-anak disebut Pedagogi. Sedangkan ilmu mengajar orang dewasa disebut Andragogi.
Menurut Wikipedia.org, Andragogi adalah proses untuk melibatkan peserta didik dewasa ke dalam suatu struktur pengalaman belajar. Istilah ini awalnya digunakan oleh Alexander Kapp, seorang pendidik dari Jerman, pada tahun 1833, dan kemudian dikembangkan menjadi teori pendidikan orang dewasa oleh pendidik Amerika Serikat, Malcolm Knowles (24 April 1913 — 27 November 1997).
Andragogi berasal dari bahasa Yunani yang berarti mengarahkan orang dewasa dan berbeda dengan istilah yang lebih umum digunakan, yaitu pedagogi yang asal katanya berarti mengarahkan anak-anak.
Sebagai lembaga pendidikan Agama berbasis Pesantren, sebetulnya konsep pendidikan Andragogi telah dibahas dalam Al-Qur’an 14 abad yang lalu. Bagaimana konsep Al-Qur’an menjelaskan Andragogi, tentu saja kami akan mengkaji bagaimana konsep Andragogi dalam tinjauan Al-Qur’an.
Kewajiban Menuntut Ilmu Tidak Terbatas Gender dan Usia
Islam mewajibkan untuk menuntut ilmu pengetahuan adalah salah satu dari banyak kewajiban seorang Muslim dan Muslimah. Baginda Nabi Muhammad Saw bersabda:
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
Artinya: “Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim.” (HR. Imam Ibnu Majah)
Hadits tersebut menjadi pijakan bahwa pendidikan tidak hanya terbatas pada
gender apalagi untuk usia, pada perjalanan dakwah Nabi Muhammad Saw juga tidak bisa ditolak oleh seorang sahabat Nabi yang menuntut ilmu pada saat itu tidak sedikit dari golongan orang dewasa.
Dalam surat An-Nisa, Alloh berfirman:
يَرْفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْعِلْمَ دَرَجَٰتٍ ۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Artinya: “niscaya Alloh akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Alloh Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. ” (Q.S. Al-Mujadalah Ayat 11)
Dalam pandangan Islam, Ilmu pengetahuan tidak hanya dipandang sebagai tuntutan kewajiban yang berbuah pahala. Bahkan dapat meningkatkan kedudukan manusia demi menciptakan peradaban masyarakat.
Untuk mencapai misi pendidikan yang Islami, maka kegiatan pendidikan harus
mewujudkan internalisasi nilai-nilai keislaman yang berdimensi duniawi dan ukhrowi. Ada dua dimensi telah ditetapkan dalam Al-Qur’an sebagai dasar rujukan yang menentukan arah dan tujuan pendidikan.
Sebagai pedoman ajaran Islam, Al-Qur’an meletakkan dasar-dasar pendidikan untuk dijadikan sebagai pedoman dan kajian bagi para pendidik, mengelola institusi pendidikan, dan pemerhati pendidikan dalam konteks pengembangan konsep dan implementasi nilai-nilai Qur’ani dalam proses kependidikan, kedudukan Al-Qur’an adalah sebagai sumber utama dalam pelaksanaan pendidikan merupakan suatu hal yang mustahil untuk ditolak, karena hampir dua pertiga dari ayat Al-Qur’an mengandung motivasi mengenai kependidikan bagi umat manusia.
Berdasarkan fakta sejarah, ayat Al-Qur’an pertama kali diturunkan pada Baginda Nabi Muhammad Saw, yaitu perintah tentang membaca yang sangat erat hubungannya dengan dasar pembentukan diri melalui proses pendidikan. Nabi Muhammad Saw adalah sebagai sasaran yang pertama kali dibentuk oleh Alloh swt. mendapatkan pendidikan untuk dipersiapkan untuk pembentukan seorang Rosul, itu adalah cerminan dari penurunan wahyu pertama yang termaktub pada (Q.S. Al-‘Alaq Ayat 1-5).
اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَۚ ١ خَلَقَ الْاِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍۚ ٢ اِقْرَأْ وَرَبُّكَ الْاَكْرَمُۙ ٣ الَّذِيْ عَلَّمَ بِالْقَلَمِۙ ٤ عَلَّمَ الْاِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْۗ ٥
Artinya: “Bacalah (Muhammad)! Dengan (menyebut) nama Tuhan-mu yang menjadikan, 2). Dia telah menjadikan manusia dari kebekuan darah. 3). Baca dan tuhanmulah yang maha agung, 4). Yang membimbing manusia dengan perantara pen. 5). Dia membimbing manusia sesuatu yang dia tidak ketahui.” (Qs. Al-Alaq Ayat 1-5)
Konsep Al-Qur’an tersebut menawarkan persiapan orang dewasa untuk dimotivasi
dengan pengenalan terhadap potensi-potensi diri, ia menolak pendapat Andragogi Edward Lindeman yang mengatakan bahwa orang dewasa termotivasi untuk belajar dengan kebutuhan pengakuan. Al-Qur’an menunjukkan, bahwa kemandirian belajar
andragogi harus membutuhkan niat dalam menuntut ilmu karena Alloh swt.
Bahkan dalam hal tertentu kemandirian dalam belajar ditandai dalam kesungguhan
dalam menjual harta sebagai modal dan jihad sebagai menuntut ilmu dan diantaranya ada manusia yang mengorbankan dirinya untuk mencari keridloan Alloh swt.
Selanjutnya, kemandirian dan kesiapan pembelajaran pada Al-Qur’an juga
dimotivasi oleh upaya untuk meningkatkan iman dan menggali ilmu pengetahuan. Konsep Al-Qur’an tentang kemandirian orang dewasa dan persiapan belajar ini telah mengkritik konsep Andragogi yang ditemukan oleh Barat yang dinyatakan oleh Knowles, bahwa dalam hal kesiapan belajar, pembelajar orang dewasa perlu mengetahui terlebih dahulu sebelum melakukan sesuatu atau mempelajarinya.
Salah satu tujuan pendidikan orang dewasa adalah untuk merealisasikan Life long education (pendidikan seumur hidup), juga merekomendasikan asas to educate for human being forever (Mendidik seumur hidup), yakni mendidik manusia sepanjang hidup untuk merealisasikan ketaatan kepada perintah-perintah Alloh Swt. Yang diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya, sehingga mendapatkan kesuksesan di dunia dan di akhirat (Lihat Q.S. Al-Baqoroh Ayat 133).
Prinsip Pendidikan Andragogi Perspektif Al-Qur’an
Al-Qur’an datang sebagai petunjuk, penerang dan pedoman bagi umat manusia telah banyak memberikan tuntunan dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari aspek aqidah, ibadah, moral, undang-undang, sosial, kesehatan, sampai pada dasar pendidikan. Lebih khusus dalam bidang pendidikan Al-Qur’an, tidak hanya meletakkan asas-asas pendidikan pedagogi, melainkan memuat prinsip-prinsip yang dapat dilaksanakan dalam pendidikan andragogi.
Istilah “prinsip” dalam perbincangan ini ialah dimaknai dengan suatu fundamental
ataupun kebenaran umum yang dibuat sebagai pedoman untuk berpikir atau bertindak yang diterapkan berdasarkan dalil, hukum, ataupun rumus yang sudah ditentukan. Atas dasar ini maka yang disebutkan prinsip pendidikan orang dewasa dalam artikel ini adalah
kenyataan fundamental yang dibuat sebagai garis panduan atau ketentuan yang akan dijadikan untuk penyelenggaraan orang dewasa yang digali dalam dalil-dalil Al-Qur’an, serta didukung oleh Dalil Hadits sebagai penjelasan (Mubayyin) dari Al-Qur’an.
Pendidikan orang dewasa pada Q.S Al-Baqoroh Ayat189:
يَسْـَٔلُونَكَ عَنِ ٱلْأَهِلَّةِ ۖ قُلْ هِىَ مَوَٰقِيتُ لِلنَّاسِ وَٱلْحَجِّ ۗ وَلَيْسَ ٱلْبِرُّ بِأَن تَأْتُوا۟ ٱلْبُيُوتَ مِن ظُهُورِهَا وَلَٰكِنَّ ٱلْبِرَّ مَنِ ٱتَّقَىٰ ۗ وَأْتُوا۟ ٱلْبُيُوتَ مِنْ أَبْوَٰبِهَا ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Artinya: “Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: “Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji; Dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebajikan itu ialah kebajikan orang yang bertakwa. Dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintu-pintunya; dan bertakwalah kepada Alloh agar kamu beruntung. (Q.S. Al-Baqoroh Ayat 189)
Ahmad Musthafa al-Maraghi memaparkan, bahwa asbabun nuzul-nya, sudah
dijelaskan dari persoalan semua para sahabat terhadap Rasul Alloh Swt mengenai bentuk hilal dan kegunaannya, persoalan rekan-rekan mengenai perubahan bentuk Hilal boleh diperolehi dari Hadits yang diberitahu oleh Ibnu ‘Asakir dan Abu Nu’aim mengatakan bahwa Mu’adz ibn Jabal dan Sa’labah ibn Ganimah bertanya kepada Rosululloh: ‘Wahai Rosululloh apa hilal itu? Ia kelihatan sangat tipis sekali, lebih awal sebagai benang, kemudian membesar sampai membentuk bundar. Selepas itu, bentuk terus berkurang kepada bentuk semula yang lebih tipis, bentuknya tidak tetap’, kemudian pada ayat ini.
Kemudian melalui ayat ini pula, Al-Qur’an memberikan petunjuk untuk orang dewasa untuk membedakan pengalaman berdasarkan kebiasaan dan aktivitas beribadah yang sebenarnya sesuai Syari’at.
Di samping itu, terdapat tiga pesan yang harus dilakukan oleh andragogi dalam pendidikan yang disebutkan pada ayat di atas, yaitu:
1. Sebagai pembelajar andragogi, kegiatan belajar harus memberi tumpuan kepada
persoalan yang diterima, hingga penyelesaian masalah tersebut dapat
memberikan kontribusi dalam kehidupan, khususnya untuk perihal yang berhubungan dengan kegiatan atau pekerjaan sehari-hari;
2. Pembelajar andragogi harus belajar dan bertanya kepada orang-orang yang
mempunyai keahlian atau kemahiran yang dipersoalkan pada bidang masalah
tersebut yang dipertanyakan. Dalam keadaan tersebut, pembelajaran andragogi mempunyai otoritas dalam mencari siapa pembimbingnya dan kemana persoalan
tersebut yang pantas diselesaikan;
3. Andragogi adalah pembelajar yang harus mencapai kematangan pemikiran dan kuat melakukan, agar ia tidak menentukan pendapat yang tidak kuat dan menjadikan landasan pembelajaran dari asal muasal yang tidak dapat dipercayai atau tidak memiliki hujjah (argumentasi) yang kuat.
Kesiapan Belajar Andragogi Perspektif
Al-Qur’an
Al-Qur’an sebagai wahyu Alloh swt yang memerintahkan manusia untuk gemar belajar dan mencari ilmu pengetahuan. Dalam mencari diperlukan niat, keyakinan yang kuat dan ketulusan, kesungguhan yang semuanya tersebut dikatakan dengan kesiapan belajar.
Dalam pembahasan ini, bahwa penulis berusaha menyebutkan perspektif Al-Qur’an pada kesiapan belajar melalui peninjauan dan analisis (Qs. Al-‘Alaq Ayat 1-5).
اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَۚ ١ خَلَقَ الْاِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍۚ ٢ اِقْرَأْ وَرَبُّكَ الْاَكْرَمُۙ ٣ الَّذِيْ عَلَّمَ بِالْقَلَمِۙ ٤ عَلَّمَ الْاِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْۗ ٥
Artinya: “Bacalah (Muhammad)! Dengan (menyebut) nama Tuhan-mu yang menjadikan, 2). Dia telah menjadikan manusia dari kebekuan darah. 3). Baca dan tuhanmulah yang maha agung, 4). Yang membimbing manusia dengan perantara pen. 5). Dia membimbing manusia sesuatu yang dia tidak ketahui.” (Qs. Al-Alaq Ayat 1-5)
Penjelasan mengenai ayat-ayat di atas adalah wahyu yang pertama kali diturunkan oleh Alloh Swt kepada Rosululloh Saw. Melalui perantara malaikat Jibril ‘Alaihissalam, di muka bumi ini pada saat nabi Muhammad saw berusia dewasa berumur (40) tahun. Dengan penurunan
wahyu tersebut, maka Nabi Muhammad Saw dipastikan absah sebagai Rasul Alloh Swt.
Ketika umur 40 tahun tidak hanya diperkirakan sebagai fase kematangan dalam menyampaikan risalah dakwah nubuwwah, akan tetapi juga mempunyai kesiapan menjadi pemimpin umat, dan kesiapan untuk menerima pembelajaran yang berkelanjutan dari Alloh Swt. Melalui wahyu diturunkan dapat ditarik beberapa konsep tentang kesiapan belajar andragogi tercantum pada (Qur’an Surah Al-‘Alaq Ayat 1-5).
Konsep kesiapan belajar andragogi sesuai Al-Qur’an surat Al-‘Alaq Ayat 1-5 mencakup beberapa hal berikut ini:
1. Keadaan kesiapan menerima pembelajaran baru memungkinkan untuk mencapai setelah memberikan orientasi yang paling utama.
2. Bahan pembelajaran telah memonitor untuk ditunjukkan beserta semuanya secara substansial yang membantu pembelajaran andragogi dalam menjalankan kajian selanjutnya.
3. Persiapan pembelajaran selanjutnya dilihat serta keinginan untuk mempraktikkan subjek sebelumnya.
4. Kondisi andragogi didukung dengan keyakinan untuk menuntut ilmu karna Alloh Swt.
5. Pengembangan ilmu pengetahuan dapat didasari dengan pengulangan pelajaran.
Itulah konsep pendidikan Andragogi dalam tinjauan Al-Qur’an serta beberapa aspek lain yang menjadi turunannya. Konsep Andragogi dalam Islam berbeda dengan apa yang dinyatakan oleh Knowles maupun Edward Lindeman. Al-Qur’an menyatakan bahwa pendidikan Andragogi berdasar pada niat dan kesiapan diri untuk terus belajar, tidak karena termotivasi berdasarkan pengakuan orang lain.
Semoga bermanfaat. Wallohu a’lam.