darulmaarif.net – Indramayu, 07 April 2023 | 04.00 WIB
Salah satu keistimewaan bulan Ramadhan adalah satu malam yang paling ditunggu-tunggu oleh umat Islam di seluruh dunia, Lailatul Qadr. Banyak ayat didalam Al-Qur’an yang menceritakan tentang barakahnya malam ini, dimana pada malam ini diturunkan Al-Qur’an.Banyak diantara orang menunggu kedatangan Lailatur Qodar dalam sepuluh hari terakhir. Tafsir Surat Al-Qadr Satu surat yang begitu signifikan menceritakan mengenai peristiwa malam tersebut ialah surahAl-Qadr yang berisi 5 ayat. Surat Al-Qadr adalah surat ke 97 menurut susunannya didalam Mushaf.
Ada diantara Ulama-ulama mengatakan bahwa surat Al-Qadr ini turun selepas hijrah Nabi Muhammad Saw ke Madinah. Didalam membicarakan pentafsiran ayat, amatlah bijak jika kita mengambil penafsiran yang diambil dari Tafsir Jalalain: Kesimpulannya bahwa malam Al-Qadr itu secara sejarahnya di turunkan Al-Qur’an dari Lauhul Mahfuz ke Baitul Izza (langit dunia). Kemuliaan malam tersebut telah dikhabarkan kepada Rasululloh Saw. Bulan itu dikatakan satu bulan dengan barakah seperti 1000 bulan. Di malam tersebut para Malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril turun ke bumi dan memohon kepada Alloh mengkabulkan doa’-do’a hamba-Nya. Kemuliaan malam tersebut berakhir dengan terbitnya fajar.
Pentafsiran yang lebih terperinci sedikit mengenai ayat pertama surah Al-Qadr ini dapat kita lihat dari Tafsir Ibnu Katsir: Alloh Swt telah mengabarkan sesungguhnya Ia telah menurunkan Al-Qur’an pada malam Lailatul Qodar. Dimana Alloh berfirman, “Sesungguhnya kami turunkannya di malam yang barakah”. Inilah yang kemudian dikenal sebagai malam Al-Qadar yang berada didalam bulan Ramadan sebagaimana firmannya,” Pada bulan Ramadan yang diturunkan didalamnya Al-Quran”. Berkata Ibnu ‘Abbas bahwa Allah SWT telah menurunkan Al-Qur’an keseluruhannya (secara total) dari Lauhul Mahfuz ke Baitul ‘Izzah dari langit dunia kemudian ia diturunkan secara berangsur-angsur dan berperingkat selama 23 tahun keatas Nabi SAW, kemudian firman Alloh beliau memuliakan Lailatul Qodar dimana Alloh Swt telah mengizinkan penurunan Al-Quran.
Dua faktor kenapa dinamakan Lailtul Qodar.
Faktor pertama: adalah karena malam Lailtul qodar merupakan malam yang agung derajatnya, disebut agung adalah karana beberapa sebab:
Sebab pertama; karena pada malam ini Alloh Swt menurunkan Al-Qur’an secara keseluruhan di Baitul ‘izzah dilangit dunia sebelum diturunkan secara terpisah-pisah, hal ini sebagaimana di sebutkan dalam Q.S Al Baqoroh: 185 “bulan Ramadhan yang telah diturunkan didalamnya alquran sebagai petunjuk bagi manusia”, kemudian merujuk pada Q.S Al-Qodr: 1 ,” dan KAMI telah turunkan Al-Qur’an pada malam Lailatul Qodar”. Bahkan Alloh Swt menyebutnya “malam barokah”, sebagaimana dalam QS. Al-Dukhon: 3 “Kami telah turunkan Al-Qur’an pada malam barokah”.
Sebab Kedua; karena pada malam ini lebiah utama dari seribu bulan, makna seribu adalah ibarat dari keagungan bulan ini dengan maksud “mubalghoh” sedangkan bilangan tidak bermafhum, dan menurut qoul yang mu’tamad makna seribu adalah hakiki denagn demikina malam lailatul qodar adalah malam yang lebih utama dari seribu bulan yang tidak ada didalamnya lailatul qodar.
Sebab Ketiga; adalah karena malam lailatul qodar merupakan malam turunnya malikat dan ruh, QS. Al-Qodr: 4, disebut Ruh adalah jibril a.s dan menurut qoul yang lain adalah malaikat yng hanya tapak pada malam itu.
Sebab Keempat; karena malam ini adalah malam “salam” QS.al-Qodr: 5, disebut salam adalah karena setan tiada mampu membuat kerusuhan pada malam ini, hingga malam ini dipenuhi kebaikan sampai terbitnya fajar.
Faktor kedua: adalah karena pada malam ini di pastikannya “kullu amrin hakim” yaitu ditentukannya rizki manusia, ajal dan kematian manusia, hujan dan kemarau hingga haji dan tidaknya manusia. Sebagaimana Alloh Swt berfirman dalam QS. ad-Dukhon: 4 “didalamnya (Lailtul Qodar) direalisasikan setiap perkara yang telah di putuskan”, sebagian mufassirin memang mengatakan: bahwa yang di maksud ayat ini adalah malam ishfu sya’ban, namun hal ini sangat keliru sbgai mana yang dijelaskan imam nawawi dalam al majmu’. Malam Lailatul Qadar special bagi umat Nabi Muhammad Saw Ummat Muhammad Saw adalah umat yang makhsus mendapat malam lailatul qodar dengan makna bahwa ummat sebelumnnya tdak mendapatkan lailatul qodar, hal ini sesuai dengan Qoul shahih dari jumhur Ulama.
Sesuai dengan asbabu nuzul bahwa ketika Rasul saw berisra’ dan mi’raj Alloh Swt memerintahkan semua Nabi dan Rosul a.s beserta ummatnya bekumpul di masjidil aqsho, maka Rasul saw melihat diantara mereka ada yang sujud, ada yang ruku’, dan Rosululloh Saw melihat ada yang punya pengikut seratus, seribu dan ada yang lebih banyak atau sedikit, maka ketika pandangan Rasul saw bertemu dengan ummat yang sngat banyak, sedang umur mereka daiatara 300-900 tahuna, Rasul bertanya: ” ummat siapakah ini?? Dikatakan: “inilah ummat Musa as Rosululloh Saw bertanya: “lallu dimanakah ummatKu ??? Lalu ditunjukkanlah ummat yang lebih jauh banyak, dan ketika umur mereka hanya berkisar 63-100 tahun maka Rasul saw mengeluh dan gundah, ummatNya saw tidak bisa menyamai ibadahnya ummat Nabi Musa as. Lalu Allah swt menberikan ‘Lailatul Qodar’ yang lebih utama dari seribu bulan, dengan arti: jika ummat Muhammad saw dapat menemuinya dalam tiap tahun maka seolah-olah dia telah beribadah selama 83,34 tahun dan jika dia berumur 63 tahun maka seolah2 dia telah beribadah selama 4000 tahun jika baligh di umur 25 tahun.
Keistimewaan Lailatul Qodar merujuk kepada surah Al-Qadr didalam membicarakan persoalan keistimewaan Lailatul Qadar, : “Alloh telah memuliakan Al-Quran dimalam ini, dan ditambahnya dengan maqam yang mulia, yaitu kedudukan dan kemuliaannya yang sangat banyak dari kebaikan dan kelebihan dari 1000 bulan.ketaatan dan ibadah didalamnya menyerupai 1000 bulan yang bukan Lailatul Qodar. 1000 bulan ini menyamai 83 tahun 4 bulan. Hanya di satu malam ini lebih baik dari umur seseorang yang menghampiri 100 tahun, jika tambah berapa tahun beliau baligh dan dipertanggung jawabkan”. Dan pada malam itu turunnya malaikat-malaikat dengan rahmat Allah dengan kesejahteraan dan barakahnya. Dan kesejahteraanya melimpah sehingga ke terbit fajar. banyak hadist-hadist yang menyebutkan mengenai keutamaan Lailatul Qadar ini. Yang banyak dianjurkan untuk mencarinya pada 10 malam terakhir.
Dalam Sahih Bukhori dari Hadits Abu Hurarirah,”Barangsiapa yang berqiam dimalam Al-Qadar dengan penuh keimanan dan bersungguh-sungguh maka telah diampunkannya apa yang telah lalu dari dosanya”. (Riwayat Bukhari didalam Kitab Al-Saum). Rasululloh Saw telah memberi penjelasan kepada siapa yang lalai dan tidak memperhatikan malam tersebut, yaitu sama seperti menghalang diirinya dari menerima kebaikannya dan ganjarannya. Berkata para sahabat: “Sesungguhnya bulan ini telah hadir kepada kamu didalamnya mengandung malam yang lebih baik dari 1000 bulan. Siapa yang memuliakannya maka beliau akan dimuliakan kebaikan semua perkara. Dan siapa yang tidak memuliakannya maka kebaikannya akan dihalang”. (Riwayat Ibnu Majah dari Hadis Anas, isnad Hassan sebagaimana didalam Sahih Jaami’ Al-Saghir). Tanda-tanda Lailatul Qadar Nabi Muhammad Saw juga pernah mengabarkan kepada kita di beberapa sabda beliau tentang tanda-tanda Lailatul Qodar, yaitu:
- Udara dan suasana pagi yang tenang Ibnu Abbas radliyallahu’anhu berkata: Rasulullah shallahu’alaihi wa sallam bersabda: “Lailatul qadar adalah malam tentram dan tenang, tidak terlalu panas dan tidak pula terlalu dingin, esok paginya sang surya terbit dengan sinar lemah berwarna merah” (Hadist Hasan) Angin dalam keadaan tenang pada malam Lailatul Qodar, tidak berhembus kencang (tidak ada badai) dan tidak ada guntur.
Hal ini berdasarkan hadits dari shohabat Jabir bin Abdillah sesungguhnya Rosululloh bersabda (yang artinya), “Sesungguhnya Aku melihat Lailatul-Qodar kemudian dilupakannya, Lailatul-Qodar turun pada 10 akhir (bulan Romadlon) yaitu malam yang terang, tidak dingin dan tidak panas serta tidak turun hujan”. (HR. Ibnu Khuzaimah no.2190 dan Ibnu Hibban no.3688 dan dishohihkan oleh keduanya).
Kemudian, hadits dari shohabat ‘Ubadah bin Shomit sesungguhnya Rosululloh bersabda (yang artinya) “Sesungguhnya alamat Lailatul-Qodar adalah malam yang cerah dan terang seakan-akan nampak didalamnya bulan bersinar terang, tetap dan tenang, tidak dingin dan tidak panas. Haram bagi bintang-bintang melempar pada malam itu sampai waktu subuh. Sesungguhnya termasuk dari tandanya adalah matahari terbit pada pagi harinya dalam keadaan tegak lurus, tidak tersebar sinarnya seperti bulan pada malam purnama, haram bagi syaithon keluar bersamanya (terbitnya matahari) pada hari itu”. (HR. Ahmad 5/324, Al-Haitsamy 3/175 dia berkata : perawinya tsiqoh)
- Cahaya mentari lemah, cerah tak bersinar kuat keesokannya Dari Ubay bin Ka’ab radliyallahu’anhu, bahwasanya Rasulullah shallahu’alaihi wa sallam bersabda: “Keesokan hari malam Lailatul Qodar matahari terbit hingga tinggi tanpa sinar bak nampan” (HR Muslim)
- Terkadang terbawa dalam mimpi Seperti yang terkadang dialami oleh sebagian sahabat Nabi radliyallahu’anhum.
- Bulan nampak separuh bulatan Abu Hurairoh radliyallahu’anhu pernah bertutur: Kami pernah berdiskusi tentang lailatul qadar di sisi Rosululloh shollahu’alaihi wa sallam, beliau berkata, “Siapakah dari kalian yang masih ingat tatkala bulan muncul, yang berukuran separuh nampan.” (HR. Muslim)
- Malam yang terang, tidak panas, tidak dingin, tidak ada awan, tidak hujan, tidak ada angin kencang dan tidak ada yang dilempar pada malam itu dengan bintang (lemparan meteor bagi setan) Sebagaimana sebuah hadits, dari Watsilah bin al-Asqo’ dari Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam: “Lailatul Qodar adalah malam yang terang, tidak panas, tidak dingin, tidak ada awan, tidak hujan, tidak ada angin kencang dan tidak ada yang dilempar pada malam itu dengan bintang (lemparan meteor bagi setan)”. (HR. at-Thobroni dalam al-Mu’jam al-Kabir 22/59 dengan sanad hasan)
- Orang yang beribadah pada malam tersebut merasakan lezatnya ibadah, ketenangan hati dan kenikmatan bermunajat kepada Rabb-nya tidak seperti malam-malam lainnya. Hujjatul Islam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghozali at-Thusi yang dikenal dengan sebutan Imam Al-Ghozali, beliau memberikan jawaban yang jelas dan gamblang, bahwa sebenarnya Lailatul Qadr dapat diketahui dari hari awal bulan puasa Ramadhan itu di mulai. Kemudian beliau menuturkan: “Jika awal bulan Ramadhan dimulai hari Ahad atau Rabu, maka Lailatul Qadr jatuh pada malam 29 Ramadhan. Jika awal bulan Ramadhan hari Senin, maka ia jatuh pada malam 21 Ramadhan. Jika awal Ramadhan hari Selasa atau Jum’at, maka ia jatuh pada malam 27 Ramadhan, dan jika awal Ramadhan hari Kamis maka ia jatuh pada malam 25 Ramadhan dan jika awal Ramadhan hari Sabtu maka ia jatuh pada malam 23 Ramadhan”.(Hasyiah Jamal ‘Ala Syarkhil Minhaj, Juz II, hal. 357).
Mengapa Lailatul Qodar disembunyikan ? Ada beberapa kemungkinan jawaban, sebagaimana terpapar dalam Tafsir Ar-Razi.
Yang menarik diantara kemungkinan-kemungkinan itu adalah sebagai berikut. Yakni bahwa Allah menyembunyikan Lailatul Qadar agar hambaNya tak bertambah-tambah dosa. Karena, jika Allah memberitahukan kapan Lailatul Qadar, maka kalau seorang hamba melakukan ketaatan di malam itu, akan dilipatgandakan seperti pahala ketaatan 1000 bulan. Maka, sebagaimana pula ketaatan, kemaksiatan pun akan dilipatgandakan dosanya. Alloh tahu bahwa sebagian hamba-Nya, jika diberitahu kapan Lailatul Qodar pun, akan tetap berbuat maksiat. Berlipatgandanya dosa ini tak akan terjadi jika si hamba tak tahu bahwa malam itu (yakni malam di mana ia berbuat maksiat) adalah malam Lailatul Qodar. Selaras dengan kasih sayang Alloh seperti ini, adalah apa yang dilakukan oleh Rosululloh Saw.
Diriwayatkan bahwa Rosululloh Saw masuk masjid, lalu melihat orang yang sedang tidur. Lalu beliau berkata pada Ali bin Abi Thalib, “Wahai Ali, bangunkan dia agar segera berwudlu!”. Ali menjawab, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya Anda gemar berlomba berbuat kebaikan. Mengapa tak Anda bangunkan sendiri?” Nabi pun menjelaskan, “Karena penolakan dia atasmu (saat kau bangunkan) bukanlah kekafiran. Aku lakukan itu (yakni tak membangunkan sendiri, tapi menyuruh Ali), agar dosanya ringan jika dia melakukan penolakan”. Demikianlah, jika semacam inilah kasih sayang Rasul, maka begitu juga kasih sayang Alloh. Seakan-akan Alloh berkata: “Jika kamu tahu Lailatul Qodar, dan kamu melakukan ketaatan di waktu itu, maka kamu akan mendapatkan pahala 100 bulan. Dan jika kamu melakukan kemaksiatan, maka kamu akan dapatkan siksa 1000 bulan. Dan, menolak siksa lebih utama daripada menarik pahala”. (Tafsir Al-Fakhrur Razi)
Disunahkan bagi orang yang melihat lailatul Qodr untuk merahasiakannya.Termasuk tanda-tanda lailatul qodr adalah; bahwa malam itu adalah malam yang sedang-sedang saja. Tidak panas dan juga tidak dingin dan matahari dipagi harinya terbit dengan sinar putih dan tidak terlalu sinarnya (agak redup).
Lailatul Qodar ini hanya dalam waktu sangat singkat, sepeti sambaran kilat saja, namun demikian menjadikan seluruh malam mendapatkan keutamaan. Selain itu para malaikat bolak-balik naik turun membawa rohmat Allah dengan mendatangi hajat hamba-hambanya di bumi. Dan pada seluruh malam itu, Alloh pun menampakkan diri (rahmatnya) , pada seluruh malam itu tidak seperti malam-malam selain Lailatul Qodar –dimana Alloh hanya menampakkan diri pada sepertiga malam saja-Disunnahkan menghidupkan sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan dengan berbagai bentuk ibadah, supaya ia bisa menemui Lailatul Qodar. Lailatul Qodar adalah malam dimana keajaiban-keajaiban dari kerajaan langit “nampak” pada malam itu. Manusiapun pengalaman mukasyafah nya berbeda-beda.
Semoga bermanfaat. Wallohu a’lam.
Pontren Darul Ma’arif saat ini sudah sampai pada GELOMBANG KE 3. Segera daftarkan putra putri kesayangan anda di: http://daftar.darulmaarif.net