Jarang Tahu! Ini Hubungan Antara Anak, Orangtua dan Guru di Pesantren

darulmaarif.net – Indramayu, 22 Juli 2023 | 16.00 WIB

Orangtua biologis (kandung) adalah orang yang telah menurunkan anak dari Langit ke Bumi. Sedangkan orangtua psikologis (Guru/Ustadz/Kyai) adalah orangtua yang kembali menaikkan anak dari Bumi ke Langit.

Hal semacam ini, jika ditinjau secara sisi filosofis seperti bagaimana cara Nabi Adam A.s saat diturunkan ke Bumi, dan proses untuk kembali menaiki tangga Langit yang dibimbing langsung oleh Sang Maha Guru, Mursyid Sejati Alloh Swt. Peran Guru spiritual (Murobby Ruh) , selain orangtua kandung sangat menentukan bagaimana anak-anak dari sejak Alloh titipkan ke dunia untuk kembali menaiki titian panjang tangga Langit kembali kepada-Nya.

Dalam kitab Taisirul Kholaq dijelaskan, ayah itu ada tiga.

وقد روي في الحديث : آباؤكَ ثلاثة : أبوك الذي ولدك ، والذي زوَّجك ابنـته ، والذي علَّمك ، وهوَ أفضلهم

Diriwayatkan dalam hadits : “Bapakmu itu ada tiga : Bapak yang menjadi sebab engkau terlahir (bapak kandung). Bapak yang telah menikahkanmu dengan putrinya (bapak mertua). Dan Bapak yang telah mengajarimu (guru), Beliau lah yang paling utama”. (Kitab Taisirul Kholaq)

:وفي ذلك يقول القا ئل
أُقـدِّمُ أسـتـاذي علـى بِــرِّ والدي وإن كان لي من والدي البِرُّ والعطفُ
فهذا مُربـي الروحِ والروحُ جوهرٌ وهذا مُربـي الجسمِ وهوَ لها صدْفُ

Karena keutamaannya, ada yang berkata:
“Aku mengedepankan Guruku atas (mengajarkan) berbuat baik pada orangtuaku, walaupun orangtuaku telah mencurahkan kebaikan dan cinta kasihnya padaku.
Maka Ia ini (guru) adalah orang yang telah merawat dan mengurus ruh-ku. Dan Ia ini (orang tua) adalah orang yang telah merawat dan mengurus jasad-ku.”

Dikutip dari Kitab Al-‘Uhuudul Muhammadiyyah, Imam As-Sya’rony Rohimahullohu berkata:

قال الإمام الشعراني رحمهُ الله تعالى : بلغنا عن الإمام النووي رحمه الله أنهُ دعاهُ يوماً شيخه الكمال الإربلي ليأكل معه ، فقال: يا سيدي أعفني من ذلك فإن لي عُذراً شرعياً فتركه ، فسأله بعض إخوانه : ما ذلك العذر ؟ فقال : أخافُ أن تسبقَ عين شيخي إلى لُقمةٍ فآكلها وأنا لا أشعر

Artinya: “Al-Imam Asy-Sya’rony Rohimahullohu berkata: ‘Telah datang kabar kepada kami dari Al-Imam Nawawi rohimahullohu, Bahwa pada suatu hari, Beliau (Al-Imam Nawawi Rohimahullohu) diajak makan bersama oleh guru beliau yaitu Syekh Al-Kamal Irbily. Imam Nawawi berkata: Ya Sayyidi/Wahai guruku. Aku mohon maaf tidak bisa memenuhi keinginan anda untuk makan bersamaku, karena aku mempunyai udzur syara’ (alasan yang sifatnya syar’iyyah).
Kemudian Imam Nawawi pamit undur diri dari Majlis guru beliau.

Para sahabat Imam Nawawi bertanya: “Apa gerangan alasannya ? (hingga engkau menolak undangan makan bersama dari guru kita).

Imam Nawawi R.a berkata: “Aku sangat khawatir mendahului satu suapan dari guruku, kemudian aku memakan dan menelannya sedangkan aku tidak menyadarinya”.

Penting sekali bagi kita, para orangtua memberikan support system pada anak saat anak dititipkan ke Pondok Pesantren agar menyerahkan sepenuh hati dengan kerelaan dan keridloan agar anak tumbuh dan berkembang secara maksimal dibawah bimbingan para Asatidz dan Asatidzah, Kyai dan Bu Nyai selama anak di Pesantren.

Cukup kiranya orangtua memberikan dukungan baik materi dan moral attitude kepada anak untuk menghormati guru-gurunya di Pesantren. Sebab, bagaimanapun juga, peran pertama dalam pendidikan parenting ada pada orangtua kandungnya, terutama ibunya.

Sebagaimana Syekh Shaleh al-Fauzan dalam kitabnya Makaanatul mar-ati fil Islam berkata:

الأم مدرسة الأولى إذا أعددتَها
أعددتَ شَعْباً طَيِّبَ الأعراق

“Ibu adalah madrasah (sekolah) pertama bagi anaknya. Jika engkau persiapkan ia dengan baik, maka sama halnya engkau persiapkan bangsa yang baik pokok pangkalnya.”

Selama anak dirumah, ibu menjadi guru utama anak-anaknya. Namun, setelah anak dilepas ke pesantren, Asatidz dan Asatidzah serta Kyai dan Bu Nyai menjadi wali bagi anak-anak kita semua.

Meski demikian, bukan lantas peran orangtua juga lepas tangan kepada anak-anak kita. Kontrol atas perkembangan pendidikan anak selama di Pesantren juga harus terus ditanyakan, tidak sekadar menanyakan persoalan makan dan uang jajan an sich.

Jika seseorang menitipkan sesuatu pada orang lain, tentunya kita serahkan titipan itu kepada orang yang kita percayakan menjadi tempat bagi barang titipan kita. Begitu juga dalam persoalan pengasuhan anak-anak selama di Pesantren, orangtua disatu sisi terus memantau perkembangan belajar anak, sisi lain orangtua juga harus mendukung penuh pada sistem pendidikan dan kebijakan peraturan yang telah diberlakukan oleh Pesantren.

Kunci sukses anak belajar di Pesantren, selain Guru yang semangat dan ikhlas dalam mendidik santri, anak yang rajin dan sabar dalam belajar, tentunya niat orangtua memondokkan anaknya juga menjadi elan viral bagi kesuksesan belajar ilmu Agama anak-anak kita kelak.

Semoga anak-anak kita yang tengah bertungkus lumus berjuang melawan rindu rumah dan orangtua (demi menjadi santri) menjadi washilah bagi keberhasilan anak-anak kita di kemudian hari.

Terakhir, Imam Syafi’i dalam Kitab Diwanus Syafi’i berkata:

فمن لم يذق مُرّ التعلّم ساعة، تجرّع ذُلّ الجهل طول حياته.

“Barangsiapa belum pernah merasakan pahitnya menuntut ilmu walau sesaat, ia akan menelan kebodohan sepanjang hidupnya.

Semoga bermanfaat. Wallohu A’lam.