Impostor Syndrome: Apa Itu dan Bagaimana Cara Islam Menyikapinya

darulmaarif.net – Indramayu, 22 September 2023 | 10.00 WIB

Imposter syndrome adalah istilah yang menggambarkan pola perilaku seseorang yang sering kali meragukan atau bahkan merasa tidak pantas meraih pencapaian dan kesuksesannya sendiri. Imposter syndrome merupakan kondisi psikologis, tetapi tidak termasuk dalam gangguan mental.

Mengutip laman alodokter.com, Impostor syndrome membuat kondisi seseorang merasa tidak pantas meraih kesuksesan yang dicapainya. Orang dengan sindrom ini justru merasa waswas, seolah suatu hari orang-orang akan menganggap dirinya hanyalah seorang penipu yang tidak berhak mengakui segala prestasi dan keberhasilannya.

Gejala imposter syndrome meliputi:

Merasa tidak pantas atau tidak layak atas pencapaian yang diraih
Mengatribusikan kesuksesan pada faktor-faktor eksternal, seperti keberuntungan atau kebetulan
Meragukan kemampuan diri sendiri
Merasa takut akan kegagalan
Menyembunyikan pencapaian dari orang lain
Imposter syndrome dapat dialami oleh siapa saja, tanpa memandang usia, jenis kelamin, atau latar belakang. Sindrom ini lebih sering dialami oleh orang-orang yang berprestasi, seperti pelajar, profesional, dan seniman.

Dalam Kedokteran, penyebab imposter syndrome belum sepenuhnya dipahami, tetapi ada beberapa faktor yang dapat berkontribusi, seperti:

  1. Pola asuh yang terlalu perfeksionis
  2. Pengalaman kegagalan di masa lalu
  3. Pengaruh budaya yang menekankan pentingnya kesuksesan

Imposter syndrome dapat berdampak negatif pada kehidupan seseorang, baik secara profesional maupun personal. Orang dengan sindrom ini mungkin akan menghindari tantangan baru atau tanggung jawab yang lebih besar, karena merasa tidak mampu. Mereka juga mungkin akan mengalami kecemasan, stres, dan depresi.

Impostor Syndrome dalam Pandangan Islam

Dalam pandangan Islam, Impostor Syndrome ini berkaitan dengan sikap tidak percaya diri atas kemampuan diri sendiri. Sikap ini disebut juga pesimis, pengecut atau sikap yang membuat seseorang merasa tidak layak menjadikan dirinya sukses, selalu dirundung oleh merasa ketidakmampuan diri dalam melakukan sesuatu. Sikap pesimis membuat orang berpandangan atau bersikap tidak memiliki harapan baik, atau orang yang mudah putus asa.

Dalam surat Ali Imron ayat 139, Alloh melarang kita bersikap pesimis.

تَهِنُوا۟ وَلَا تَحْزَنُوا۟ وَأَنتُمُ ٱلْأَعْلَوْنَ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ

Artinya: “Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman”. (Q.s Ali Imron ayat 139)

Sebelum masuk pada penafsiran ayat tersebut, perlu diketahui bahwa sebab turunnya QS. Ali Imran ayat 139 ini adalah untuk mengobati kesedihan kaum muslim yang sempat terpukul mundur dalam perang Uhud. Dengan kata lain, ayat ini merupakan sebuah motivasi bagi kaum muslim agar tidak pesimis dalam menghadapi persoalan kehidupan.

Dalam kitab Zubdatut Tafsir Min Fathil Qodir, huruf لَا berarti sebuah larangan. Kemudian kata تَهِنُوا۟ berasal dari kata al-wahnu (الوهن) yang berarti menyatakan kelemahan pada fisik dan kata تَحْزَنُوا۟ yang berasal dari kata al-haznu (الحزن) memiliki arti dukacita atau kesedihan akibat kehilangan sesuatu yang dicintai. Sementara itu, kata الْأَعْلَوْنَ berati memiliki derajat yang paling tinggi disebabkan Alloh Swt sebagai penolong mereka (kaum muslim).

Pemaknaan ayat tersebut dapat dipahami bahwa Alloh Swt melarang kaum muslimin untuk pesimis, bersedih dan berputus asa disebabkan kehilangan mereka karena terbunuh ataupun terluka di perang Uhud. Sebaliknya, Alloh Swt ingin mengajarkan kepada kaum muslimin untuk menjadikan kesedihan di perang Uhud tersebut sebagai cambuk agar lebih semangat berjuang dalam membela agama Alloh Swt.

Kita pikir penting untuk tidak membiarkan setan menggunakan sindrom ini (impostor syndrome) untuk melawan kita. Sehingga membuat kita jadi pesimis pada hidup. Jangan biarkan perasaan tidak mampu dan munafik membuat kita merasa lemah, cemas, dan jauh dari Alloh. Sebaliknya, berusahalah untuk terus membuat perlawanan atas impostor syndrome ini dengan membawa keteguhan iman agar lebih dekat kepada-Nya dan memberi kita motivasi yang kita perlukan untuk terus berkembang.

Betapa Alloh Maha Penyayang, sekalipun tidak akan membeberkan aib-aib kita, kelemahan kita dan memerintahkan kita untuk menjaga martabat sekaligus memberi kita kesempatan untuk terus berkembang.

Kita adalah manusia yang diberikan anugrah terbesar oleh Alloh untuk menjadi pemimpin di muka bumi ini. Jangan lemah, jangan pesimis, jangan putus ada, yakinlah bahwa kita-atas usaha dan pencapaian kita sendiri ditambah kekuatan Iman kepada Alloh Swt-mampu meraih kesuksesan dan keberhasilan dalam meraih segala hal. Ingatlah bahwa setiap kesuksesan yang kita raih memang layak untuk kita dapatkan.

Semoga bermanfaat. Wallohu a’lam.