4 Posisi Anak dalam Al-Qur’an, Nomor 4 Orangtua Harus Waspada!

darulmaarif.net – Indramayu, 12 Desember 2023 | 08.00 WIB

Memiliki anak merupakan anugrah terindah yang diberikan oleh Alloh Swt kepada umat manusia. Selain sebagai regenerasi estafet kehidupan orangtua, anak adalah amanah, penyejuk hati dan perhiasan bagi orangtua. Namun, selain itu anak juga bisa menjadi ujian atau bahkan menjadi musuh bagi orangtua.

Dalam Al-Qur’an, ada 4 tipikal yang menjelaskan posisi anak di hadapan orangtua.

Pertama, anak sebagai penyejuk hati, penenang jiwa dan pemimpin orang-orang bertakwa. Tipikal anak ini menjadi yang terbaik dan tertinggi dari seorang anak. Hal itu sebagaimana terungkap dalam doa Al-Qur’an berikut ini.

رَبَّنا هَبْ لَنا مِنْ أَزْواجِنا وَذُرِّيَّاتِنا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنا لِلْمُتَّقِينَ إِماماً

Artinya: “Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (Q.s al-Furqan Ayat 74).

Para Mufassir mengatakan, yang dimaksud Qurrota A’yun dalam surat tersebut adalah anak-anak yang sholeh dan sholehah, taat kepada Alloh Swt, serta berbakti pada kedua orangtua.

Anak dengan perilaku ini diyakini tidak hanya bisa menjadi pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa, tetapi juga menjadi kebanggaan orang tua di dunia dan akhirat kelak.

Tentu saja, untuk memperoleh anak yang bisa menyejukkan hati orangtua tidaklah mudah. Orangtua perlu memberikan pengasuhan, pendidikan, juga mendoakan anak-anak tersebut agar tumbuh menjadi individu terbaik.

Hal ini bahkan membutuhkan waktu yang panjang, sehingga diperlukan kesabaran dan konsistensi dari orangtua setiap anak.

Kedua, anak sebagai perhiasan dunia. Dalam hal ini, perhiasan dunia yang dimaksud adalah menjadi kebanggan orangtua selama hidup di dunia. Sebagaimana dalam Surat al-Kahfi ayat 46 yang berbunyi sebagai berikut:

الْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ

Artinya: “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.” (Q.s Al-Kahfi Ayat 46)

Dalam ayat ini, anak diposisikan sebagai perhiasan dan kekayaan dunia bagi orang tuanya. Layaknya perhiasan dan kekayaan, anak diperlakukan, dijaga, bahkan disayang sebaik-baiknya oleh para orang tua. Kaitan dengan tipikal ini, anak disejajarkan dengan perhiasan dan kekayaan dunia yang lainnya, sebagaimana yang diisyaratkan dalam ayat yang lain. Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Alloh lah tempat kembali yang baik (surga), (Q.s Ali ‘Imran Ayat 14).

Namun, kecintaan yang berlebihan membuat para orang tua terlena dan seringkali mengabaikan hal-hal yang membahayakan sang anak itu sendiri. Mereka lupa, jika perlakuan yang diberikannya justru akan merusak masa depan anak kesayangannya. Karena itu, dalam ayat lain, Alloh Swt mengingatkan agar kekayaan dan keturunan tidak sampai melalaikan para hamba-Nya.

Ketiga, anak sebagai fitnah atau ujian, sebagaimana termaktub dalam Al-Qur’an melalui surat At Taghobun ayat 15 seperti berikut:

إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ وَاللَّهُ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ

Artinya: “Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (Q.s At-Taghobun Ayat 15).

Mungkin ini pula yang dimaksud anak sebagai amanah atau titipan yang harus dijaga dengan sebaik-baiknya. Dipenuhi hak-haknya, disayang, dirawat, dididik agar memiliki masa depan yang cerah dan membahagiakan orang tuanya. Ingatlah Alloh memiliki balasan yang besar bagi mereka yang menjaga amanat ini. Maka janganlah sia-siakan jiwa dan raga anak, jangan bunuh mereka karena takut miskin.

Keempat, anak sebagai musuh, hal tersebut sebagaimana terdapat pada ayat berikut.

يا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ مِنْ أَزْواجِكُمْ وَأَوْلادِكُمْ عَدُوًّا لَكُمْ فَاحْذَرُوهُمْ وَإِنْ تَعْفُوا وَتَصْفَحُوا وَتَغْفِرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Artinya: “Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Alloh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.s At-Taghobun Ayat 14)

Sebagian mufasir menjelaskan, maksud sebagai musuh di sini adalah menjadi pihak yang menghalang-halangi jalan Alloh, merintangi jalan ketaatan kepada-Nya. Maka hati-hatilah agar tidak dijerumuskan oleh mereka. Ini pula yang terjadi pada sejumlah sahabat yang ingin berhijrah mengikuti Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi Wasallam, namun dihalang-halangi oleh anak-istri mereka. Lihat: Tafsir at-Thobari, Terbitan Muassasah ar-Risalah, 1420 H, Cet. Pertama, jilid 23, hal. 423).

Itulah keempat posisi anak dalam Al-Qur’an yang perlu dipahami oleh setiap orangtua. Orangtua harus waspada terhadap posisi anak nomor tiga, terutama nomor empat. Berapa harus sabar orangtua menghadapi ujian anak, dan begitu ruginya jika anak malah menajdi musuh bagi orangtuanya. Semoga kita senantiasa diberikan keturunan yang Sholeh Sholehah dan mampu menjadi suluh cahaya di alam kubur kita, serta menjadi penolong orangtua di akhirat kelak. Amiin Yaa Robbal ‘Aalamiin.

Semoga bermanfaat. Wallohu A’lam.