4 Peristiwa Besar Yang Terjadi Pada Bulan Ramadhan, Nomor 4 Sering Dilupakan

darulmaarif.net – Indramayu, 04 April 2023 | 10.00 WIB

Sejarah telah mencatat beberapa peristiwa penting yang terjadi di bulan Ramadhan. Peristiwa ini bahkan menjadi tonggak tegaknya hujjatud da’wah Islamiyyah. Sebagai sebuah bulan suci bagi umat Muslim, bulan Ramadhan seringkali diiringi dengan peristiwa besar dan penting dalam sejarah Islam. Berikut adalah empat peristiwa besar yang terjadi di bulan Ramadhan, yang nomor 4 sangat familiar tapi sering dilupakan.

Nuzulul Qur’an (Turunnya Al-Qur’an)

Peristiwa paling penting yang terjadi di bulan Ramadhan adalah penurunan Nuzulul Qur’an. Menurut ajaran Islam, bulan Ramadhan adalah bulan ketika Alloh Swt menurunkan Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad Saw. Dalam peristiwa ini, Nabi Muhammad Saw menerima wahyu pertama dari Alloh Swt di Goa Hiro.

Nuzulul Qur’an atau Turunnya Al-Qur’an sebagai salah satu kitab Alloh yang wajib diimani oleh segenap umat Islam ini turun pada bulan Ramadhan. Awalnya Alloh menurunkan Al-Qur’an dari Lauhil Mahfudz ke Sama-id Dunya (langit dunia), dan dari langit dunia kemudian diturunkan secara berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad Saw melalui perantara Ruhul Qudus (Malaikat Jibril Alaihis Salam. Tepatnya ketika beliau berusia 40 tahun.

Nabi Muhammad Saw lebih sering melakukan ‘Uzlah dibanding sebelumnya untuk bertahannuts (beribadah). Pada bulan Ramadhan beliau membawa bekal lebih banyak untuk bertahannuts. Dan malam 17 Ramadhan tahun ke-41 dari ‘Aamul Fiel atau Tahun Gajah (16 agustus 610 M) di Goa Hiro, beliau didatangi oleh Malaikat Jibril As yang membawa selembar surat yang menjadi peristiwa turunnya wahyu pertama kepada baginda Nabi Muhammad Saw, kemudian Malaikat Jibril memerintahkan Nabi Saw untuk membacanya. Jibril berkata: “Iqro (bacalah) Yaa Muhammad” dengan terperanjat beliau menjawab “Maa Ana Biqori Yaa Jibriil (aku tidak dapat membaca”, pertanyaan itu diulang sampai tiga kali, dan baginda Nabi Saw tetap menjawab dengan jawaban yang sama. Kemudian Malaikat Jibril memeluk Nabi Saw dan berkata ” Shodaqta Yaa Muhammad” sampai-sampai beliau terasa sesak nafas, lalu dilepas kembali dan mengulangi perintahnya. Tetapi Nabi Saw tetap menjawab “aku tidak bisa membaca”. Demikian sampai 3 kali, barulah Jibril AS menuntunnya:

اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَۚ ١ خَلَقَ الْاِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍۚ ٢ اِقْرَأْ وَرَبُّكَ الْاَكْرَمُۙ ٣ الَّذِيْ عَلَّمَ بِالْقَلَمِۙ ٤ عَلَّمَ الْاِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْۗ ٥

Artinya: “1) Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, 2) Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. 3) Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia, 4) Yang mengajar (manusia) dengan pena. 5) Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” ( Al-‘Alaq ayat 1-5).

Perang Badar Kubro (Badar Kedua)

Penyebab peperangan Badar Kubro ini adalah ketika umat Islam meninggalkan harta bendanya di Makkah ke Madinah karena kekejaman kaum kafir Quraisy disana. Kemudian kaum kafir Makkah menjarah sedikit demi sedikit harta Muslimin itu yang kemudian hendak dijual ke negeri Syam. Maka pada hari Jum’at 17 Romadhon tahun 2 Hijriyah (8 Januari 623 M). Rosululloh Saw mendapat laporan bahwa kafilah dagang Quraisy pimpinan Abu Sufyan bin Harb sebanyak 40 orang pulang berniaga dari negri Syam menuju kota Makkah. Maka 313 tentara Islam mencegat kafilah itu sebelum sampai Makkah di dekat sebuah sumur milik Badar.

Mengetahui hal ini Abu Sufyan minta bantuan dari Makkah sebanyak 950 tentara. Peperangan diawali adu tanding perorangan, yaitu Ali bin Abi Tholib, Hamzah bin Abdul Mutholib dan ‘Ubaidah bin Harits dari pihak Islam, melawan Walid bin Utbah, Syaibah bin Robi’ah dan Utbah bin Robi’ah dari pihak Quroisy. Akhirnya 3 jagoan Quraisy itu terbunuh. Berkobarlah peperangan dan dimenangi pihak Islam. 70 orang terbunuh dari pihak musuh termasuk Abu Jahl bin Hisyam dan tertawan 70 orang termasuk sepupu Rosul Saw, ‘Uqoil bin Abi Tholib.

Sedangkan dari pihak Islam gugur 14 orang termasuk ‘Ubaidah bin Harits. Adapun tawanan perang dibagi menjadi dua kelompok: bagi yang kaya harus menebus dengan uang lalu dibebaskan. Dan yang tidak mampu harus mengajar membaca dan menulis kepada anak-anak Muslim masing-masing 10 anak. Peristiwa perang ini diterangkan dalam surat Ali Imron ayat 123.

وَلَقَدْ نَصَرَكُمُ اللَّهُ بِبَدْرٍ وَأَنْتُمْ أَذِلَّةٌ ۖ فَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Artinya: “Sungguh Alloh telah menolong kamu dalam peperangan Badar, padahal kamu adalah (ketika itu) adalah orang-orang yang lemah. Karena itu bertakwalah kepada Alloh, agar kamu bersyukur.” (Ali ‘Imron ayat 123)

Dalam Tafsir Al-Wajiz dijelaskan bahwa kejadian dalam Perang Uhud membuat sebagian orang mukmin ragu akan kepastian pertolongan Alloh Swt, oleh karena itu Alloh meyakinkan mereka dan menegaskan bahwasannya sungguh, Alloh telah menolong kamu dalam perang Badar yang terjadi pada tanggal 17 Ramadan tahun kedua Hijriah, padahal ketika itu kamu (Umat Islam) dalam keadaan lemah, karena jumlah kamu sedikit dan perlengkapan perang kamu sangat sederhana. Karena kamu meyakini datangnya pertolongan Alloh, maka kamu mendapat kemenangan. Karena itu bertakwalah kepada Alloh dalam segala urusan, agar dengannya kamu mensyukuri semua anugerah-Nya.

Fathu Makkah (Pembebasan Kota Makkah)

Fathu Makkah atau Pembebasan kota Makkah terjadi pada tanggal 20 Romadhon tahun 8 Hijriyah. Disebabkan latar belakang peristiwa itu terjadi karena Bani Bakr (sekutu Quraisy) sedang cekcok dengan Bani Khuza’ah (sekutu Islam). Kaum kafir Quraisy membantu Bani Bakr untuk menyerang Bani Khuza’ah, 20 orang Khuza’ah mati terbunuh. Artinya kafir Quraisy melanggar perjanjian Hudaibiyah. Rosul Saw dan 10.000 pasukan berangkat menuju kota Makkah melalui 4 penjuru ke arah kota Makkah. Pasukan Sahabat Zubair bin Awam lewat jalan utara, pasukan Kholid bin Walid lewat jalan selatan, pasukan Sa’ad bin Ubadah lewat jalan barat dan pasukan Abu ‘Ubaidah bin Jarrah bersama Rasululloh Saw lewat kaki gunung Hind di barat laut.

Maka kaum Muslimin dapat menguasai kota Makkah tanpa ada halangan apapun dari kaum kafir Quraisy, karena mereka telah bersembunyi di rumah-rumah mereka dan ada juga yang berlarian ke bukit-bukit sekitar, karena takut kaum Muslimin membalas dendam atas kejahatan yang pernah mereka lakukan. Kemudian Baginda Nabi Saw menuju Ka’bah dan menghancurkan 360 berhala menggunakan tongkatnya. Sambil membaca Firman Alloh surat Al-Isro ayat 81:

وَقُلْ جَآءَ ٱلْحَقُّ وَزَهَقَ ٱلْبَٰطِلُ ۚ إِنَّ ٱلْبَٰطِلَ كَانَ زَهُوقًا

Artinya: “Telah datang kebenaran, telah hancur kebathilan. Sungguh kebathilan telah hancur”. (QS. Al-Isro : 81).

Kemudian ketika Abu Sufyan bertanya kepada Baginda Nabi Saw apa yang akan diperbuat terhadap kaum kafir Quroisy? Beliau hanya menjawab : ” Haadza Yaumul Marhamah (Hari ini adalah hari kasih sayang)”. Dan setelah melaksanakan sholat, Baginda Rosululloh Saw berkhutbah di depan pintu Ka’bah: “Hai kaum Quraisy, apa yang hendak aku perbuat?”
Mereka menjawab: “Yang baik-baik, wahai saudara pemurah, dan anak dari yang pemurah”,
Maka Rosululloh Saw pun berkata:
“Aku akan berkata seperti ucapan Yusuf kepada saudaranya, “Hari ini tak ada cercaan bagi kalian. Kalian bebas”. (Siroh Nabawiyyah)

Peristiwa ini diabadikan dalam Qur’an Surat An-Nashr ayat 1-3.

اِذَا جَاۤءَ نَصْرُ اللّٰهِ وَالْفَتْحُۙ وَرَاَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُوْنَ فِيْ دِيْنِ اللّٰهِ اَفْوَاجًاۙ فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُۗ اِنَّهٗ كَانَ تَوَّابًا

Artinya: “Apabila telah datang pertolongan Alloh dan kemenangan dan engkau melihat manusia berbondong-bondong masuk agama Alloh, bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia Maha Penerima Tobat.” (Q.s An-Nashr ayat 1-3)

Itulah amnesty (pengampunan) dan kasih sayang dalam sepanjang sejarah umat manusia yang diberikan Rosululloh Saw terhadap kaum kafir Quraisy yang sebelumnya telah meneror dan membuat kejahatan terhadap umat Islam. Rekonsiliasi terbesar dalam sejarah konflik berdarah yang sangat panjang. Begitu mulia nya kasih sayang Baginda Nabi Muhammad Saw bagi semesta alam.

Kemerdekaan Republik Indonesia

Salah satu peristiwa penting di bulan Ramadhan pada era modern di Tanah Air adalah hari kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Di mana, waktu tersebut bertepatan dengan 9 Ramadan 1364 hijriah.

Tepatnya pada tanggal 9 Ramadhan atau 17 Agustus 1945, dengan Rahmat Alloh Swt yang terekam dalam pembukaan UUD 45, negara Republik Indonesia merdeka dari genggaman penjajah kafir Belanda, perjuangan ini tidak lain dan tidak bukan oleh para Mujahid-mujahid Islam.

Dikutip dari buku Api Sejarah 2 tulisan Prof. Ahmad Mansur Suryanegara, saat itu, dalam kalender 1945, 17 Agustus bertepatan dengan hari Jumat Legi, tanggal 9 Ramadhan 1364. Ini berarti umat Islam di seluruh dunia sedang dalam melaksanakan ibadah shaum.

Naskah teks proklamasi yang dituliskan oleh Bung Karno dan diketik oleh Sajoeti Melik, serta ditandatangani Bung Karno dan Bung Hatta dilakukan pada saat waktu makan sahur shaum Ramadhan 1364.

Hatta menuturkan makan sahur di rumah Laksamada Tadashi Maeda. Beberapa jam sebelum proklamasi kemerdekaan, kondisi Soekarno dan Hatta dalam keadaan lelah. Mereka baru tiba di Jakarta sekitar pukul 23.00. Sebelumnya, mereka berada di Rengasdengklok, diculik sejumlah pemuda yang memaksa Soekarno dan Hatta untuk segera memproklamasikan kemerdekaan, sebelum 17 Agustus 1945.

Sesampainya di Jakarta, mereka langsung menuju rumah Laksamana Tadashi Maeda di Jalan Imam Bonjol No 1. Sebelumnya, Soekarno lebih dahulu menurunkan istrinya, Fatmawati, dan putranya, Guntur, di rumah Soekarno.

Rumah Laksamada Maeda dipilih sebagai tempat penyusunan teks proklamasi karena sikap Maeda yang memberikan jaminan keselamatan pada Bung Karno dan tokoh-tokoh lainnya.

Miyoshi, orang kepercayaan Nishimura, bersama Sukarni, Sudiro, dan BM Diah menyaksikan Soekarno, Hatta, dan Ahmad Soebardjo membahas rumusan teks proklamasi. Sedangkan tokoh-tokoh lainnya, baik dari golongan tua maupun golongan pemuda, menunggu di serambi muka.

Setelah kelompok yang menyendiri di ruang makan itu selesai merumuskan teks Proklamasi, kemudian mereka menuju serambi muka untuk menemui hadirin yang berkumpul di ruangan itu. Saat itu, dini hari menjelang subuh. Jam menunjukkan pukul 04.00, Soekarno mulai membuka pertemuan itu dengan membacakan rumusan teks proklamasi yang masih merupakan konsep.

Kemudian, pada puncaknya yakni 17 Agustus 1945, teks proklamasi dibacakan pada saat proklamator Bung Karno menjalankan ibadah puasa.

Itulah 4 peristiwa besar yang terjadi di bulan Ramadhan. Kiranya, peristiwa-peristiwa tersebut dapat menjadi inspirasi dan motivasi bagi segenap umat Islam dalam memaknai bulan Ramadhan tahun ini. Mengingat, di bulan suci ini, kita diingatkan kembali dengan peristiwa sejarah besar titik balik kemenangan setelah berjuang di titik darah penghabisan, inilah peristiwa mega heroik dalam kancah sejarah peradaban Islam, maupun Indonesia.

Semoga bermanfaat. Wallohu a’lam.

Pontren Darul Ma’arif saat ini sudah sampai pada GELOMBANG KE 3. Segera daftarkan putra putri kesayangan anda di: http://daftar.darulmaarif.net