darulmaarif.net – Indramayu, 04 September 2023 | 10.00 WIB
Ayah Bunda, Pesantren merupakan salah satu tempat pendidikan bagi anak-anak kita. Berdasarkan peraturan yang berlaku di pesantren pada umumnya, anak diwajibkan mengikuti regulasi yang mengikat seperti tinggal menetap di lingkungan pesantren tanpa mendapatkan kontak dari luar pesantren dan tidak diperbolehkan menggunakan teknologi komunikasi berupa handphone. Perubahan komunikasi yang dialami oleh orangtua dengan anak yang tinggal di pesantren ini dapat memberikan konsekuensi pada hubungan antara orangtua dan anak.
Setiap keluarga tentunya menginginkan keharmonisan, kehangatan dan keakraban bersama yang ada di dalam keluarga. Komunikasi dan interaksi di antara keluarga umumnya dilakukan dalam lingkungan yang sama, namun orangtua dan anak yang tinggal di pesantren mengalami pengalaman yang berbeda.
Agar proses komunikasi tetap terjalin, harus ada kesediaan dari kedua belah pihak untuk terlibat dalam proses tersebut. Oleh karena itu, dibutuhkan upaya pemeliharaan hubungan yang mengacu pada tindakan yang individu ambil untuk memelihara hubungan orangtua dan anak pada keadaan yang diinginkan.
Ayah Bunda, agar hubungan antara orangtua dengan anak tetap terjalin dengan akrab dan harmonis, begini 4 cara yang dapat kami rangkum dari berbagai sumber.
Proses komunikasi orangtua dan anak
selama anak di Pesantren
Jika sebelumnya anak tinggal bersama
dengan orangtua dan dapat berinteraksi
selepas pulang sekolah, kebiasaan tersebut berubah menjadi berinteraksi dengan waktu yang menyesuaikan regulasi dari pesantren. Setiap pesantren memiliki regulasi atau aturan yang berbeda-beda terkait dengan waktu interaksi dengan orang tua dan memberikan konsekuensi pada kesempatan dan waktu anak dalam berhubungan dengan orang tua.
Beberapa pesantren seperti pondok pesantren Darul Ma’arif Kaplongan Indramayu memiliki fasilitas telepon genggam Musyrif-Musyrifah untuk digunakan di waktu istirahat santri dan terdapat pula beberapa pesantren yang tidak memberikan fasilitas telepon genggam untuk santri. Di samping itu, jauh atau dekatnya jarak pesantren dari rumah memengaruhi kemudahan orang tua dalam bertemu dan menjenguk anak secara langsung.
Keterbukaan dan kepercayaan
Keterbukaan diartikan sebagai kerelaan
untuk mengungkapkan informasi pribadi
tentang individu tersebut kepada pasangan melalui self-disclosure atau pengungkapan diri, sedangkan kepercayaan diartikan sebagai sebuah perasaan bahwa individu lain akan menjaga dan melindungi satu sama lain dari bahaya. (Solomon dan Theiss, 2013:267-268).
Orangtua mendorong anak untuk bersikap terbuka dengan menanyakan kabar, serta
memposisikan diri sebagai teman untuk
mencurahkan isi hatinya satu sama lain.
Anak juga memiliki kepercayaan kepada
orangtua untuk menceritakan apa yang dirasakan, dialami, hingga permasalahan
yang ia miliki.
Perasaan dan tindakan kasih sayang
Keluarga memelihara hubungan di antara
anggotanya dengan berbagai macam cara.
Salah satu strategi pemeliharaan hubungan adalah positivistik yang mengacu pada berjalannya komunikasi satu sama lain dengan sikap yang menyenangkan, ceria dan optimis (Turner&West, 2013: 223).
Keluarga dengan anak yang tinggal di
Pesantren menyampaikan komunikasi yang positif, menyenangkan dan bisa diterima satu sama lain. Orangtua berusaha untuk menghibur dan mendukung ketika mengunjungi anak, sedangkan anak dapat menceritakan apa yang ia alami selama jauh dari rumah. Keluarga mengutamakan kebersamaan untuk berkumpul dan berbagi cerita meskipun dalam waktu yang terbatas.
Kesadaran bersama untuk merawat
hubungan di dalam keluarga
Pemeliharaan hubungan menumbuhkan
keharmonisan dalam keluarga dan menjaga hubungan orangtua dan anak tetap dekat. Keluarga dengan anak yang tinggal di pesantren tetap memelihara relasi dan tetap menjaga komunikasi satu sama lain meskipun tinggal berjauhan. Orang tua tidak melepas sepenuhnya anak di pesantren, namun tetap selalu mengawasi anak dengan menjaga komunikasi yang baik dengan pihak pesantren. Orangtua dan anak memaksimalkan waktu yang disediakan pihak pesantren untuk bercengkrama dan berbagi kisah satu sama lain melalui telepon jarak jauh maupun bertemu secara langsung saat penjengukan santri. Orangtua berinisiasi untuk memberikan makanan minuman dan jajanan anak-anak sembari tetap memberikan semangat penuh untuk putra-putrinya. Selain itu, keluarga memanfaatkan waktu liburan sekolah untuk menghabiskan waktu dan aktivitas bersama secara berkualitas.
Ayah Bunda, itulah beberapa hal yang patut Ayah Bunda pahami dan terapkan kepada anak-anak kita yang tinggal di Pesantren. Usahakan Ayah Bunda agar tetap berupaya maksimal dalam memberi semangat kepada anak-anak selama di pesantren. Dan tetap menjaga hubungan baik dengan pihak pesantren agar perkembangan anak-anak kita berjalan sesuai tujuan orangtua memondokkan anak-anaknya.
Semoga bermanfaat. Wallohu a’lam.